My Insanity Youth (Part 2: “Laugh is Her Loudest Cry”)

screenshot_2015-11-28-15-38-50-1.png

Tittle : My Insanity Youth (Part 2: “Laugh is Her Loudest Cry”)

Main Cast :

Kim Myungsoo (Infinite)

Bae Suzy (Miss A)

Other Cast(s) :

Lee Sungyeol (Infinite)

Nam Woohyun (Infinite)

Ahn Hani (EXID)

Na Haryung (Bestie)

Kim Moonsoo (Kim Myungsoo’s lill brother)

Genre : School life, Romance, Family, Friendship

Rating : PG-17

Type : Chaptered

Author : LAWLIET

 

 

Helloo~ akhirnya aku bisa update My Insanity Youth. Sebelum part ini kubuat sebenarnya aku belajar untuk membuat trailer fanfic dan taadaaa aku akhirnya memutuskan untuk membuat trailer dari ff ini walaupun telat banget kalau untuk trailer, mungkin juga aku akan buat trailer lain. Dan maaf kalau editingnya banyak kesalahan karena edit video itu gak gampang ternyata TvT trailernya sudah kucantumkan di bawah~ silahkan diview dan beri respon ^^

PERINGATAN KERAS! DILARANG COPY PASTE, MERUBAH, MEMPLAGIAT DAN LAIN-LAIN YANG BERSIFAT MENCURI! CERITA AKAN DIHAPUS DAN BERTEMU SAYA DI MEJA HIJAU!

Don’t forget to RCL~ aku akan sangat menghargai feedback dari kalian, Happy reading chuuuu~

 

 

Prev :

 

 

My Insanity Youth

Part 2: “Laugh is her loudest cry”

 

 

“Lihat itu..”

“Hitam ya?”

“Tidak, menurutku itu ungu.”

“Itu hitam bodoh.”

“Ck, itu ungu! Hanya saja benda itu berada di balik rok, jadi warna ungunya terlihat gelap sehingga menyerupai warna hitam.”

Myungsoo, Sungyeol, Woohyun. Berdiri bertiga di samping koridor dengan gagang pel yang berdiri di masing-masing tangan sementara dagu mereka bertopang pada ujungnya. Mata mereka melirik ke ujung koridor di mana seorang perempuan berambut cokelat terang hampir menyerupai oranye berjalan dengan roknya yang kependekkan itu mengibas-ngibas saat kedua paha berisinya mengayun-ngayun. Ahn Hani.

Ia berjalan mendekat dan berhenti di hadapan mereka bertiga. “Selamat pagi.” Sapanya kepada mereka bertiga dengan mata hijau –karena lensa kontak- yang menatap mereka secara bergantian.

Myungsoo harus menunduk lalu mendesah sejenak saat melihat kemeja yang ketat yang begitu memamerkan lekuk tubuh bagian atas milik Hani, ditambah perempuan itu selalu mengenakan baju dalaman hitam dan membuka dua kancing atasnya.

Myungsoo mengangkat wajahnya kemudian menyeringai. “Selamat pagi Haney.” Kemudian Myungsoo menaik turunkan alisnya dua kali. “Maafkan aku kalau aku menggunakan aksen inggirsku karena namamu terlalu dekat dengan ‘Honey’.”

Sungyeol langsung menoyor Myungsoo hingga rahangnya tergores ujung gagang pel. “Maafkan anak ini, Hani. Kadang dia suka bicara terlalu jujur.”

“Hahaha, benar.” Woohyun mengangguk sambil tertawa ke arah Sungyeol. “Tapi penampilanmu..” Woohyun mengacungkan jempolnya sambil menggeleng-geleng nikmat.

Sementara Ahn Hani hanya tertawa. “Terimakasih. Ngomong-ngomong soal kemarin, kalian benar-benar brengsek tapi aku menyukainya.” Lalu tangannya terulur untuk menepuk bahu Myungsoo, dan Myungsoo dapat melihat kuku-kukunya yang dipoles cat kuning menyala.

Saat trio homo itu tersenyum-senyum dengan idiotnya tiba-tiba seseorang dengan gerakkan cepat menyibakkan rok milik Hani dan membuatnya tersibak ke atas secara sempurna. Celana pendek ketat itu… celana pendek ketat itu yang ternyata berwarna ungu dengan sedikit renda putih di ujungnya terlihat, Myungsoo melihatnya!

“AAAA!” Ahn Hani berteriak menutup roknya.

“AAAA!” Trio Homo berteriak tapi tidak menutup matanya dari celana ketat itu.

“Aku membantumu untuk memamerkan pakaian dalammu Ahn Hani.” Ucap Bae Suzy dari belakang Ahn Hani secara tiba-tiba.

Sontak Trio Homo itu mengangkat wajahnya, menatap Suzy. “AAA!” Mereka kembali berteriak melihat sosok menakutkan itu.

“Berisik!” Bentak Suzy dan mereka bertiga akhirnya diam, melangkah mundur dan menunduk.

“Ya! Apa yang kau lakukan eoh!” Teriak Hani pada Suzy dengan wajahnya yang memerah.

“Sudah berapa kali kuperingatkan untuk ganti rok mu. Kenapa kau tidak sekalian saja memakai celana dalam ke sekolah kalau setiap laki-laki..” Ia menunjuk pada trio homo. “.. itu memandangi celana dalam di balik rok pendekmu itu. Dan apa-apaan make-up mu itu? Cepat hapus! Kau terlihat seperti badut!” Omelnya mungkin bukan omelan tapi lebih pada cacian.

Hani hanya terbengong tak percaya. “Jinjja, kau itu memang kuno.”

Myungsoo ingin tertawa namun ia segera menutup mulutnya dengan tangannya. “Biarkan saja, dia memang tidak manis dan tidak pernah cuci muka.” Ucap Myungsoo sangat pelan ditengah usahanya menahan tawa. Myungsoo tahu kalau Suzy memiliki kebiasaan untuk tidak cuci muka ketika kecuali saat mandi, oleh karena itu ia bisa mengerjainya dengan menggambar gambaran konyol di wajahnya tadi pagi.

“Heh..” Suzy melirik Myungsoo dengan alisnya yang bertaut dan di sela-sela rambut alisnya masih ada sedikit bercak-bercak tinta spidol itu. “Kau tahu aku sangat ingin menjontos tulang hidungmu itu tapi sebelum itu kau sudah kerjakan prmu?”

Myungsoo membolak-balikkan bola matanya. “Kau tidur dan aku tidak kuat untuk melihat angka-angka yang menyebabkan sembelit hingga kematian itu.”

“Sudah kuduga, dan kalian bertiga juga tidak?”

“Kurasa aku mengerjakan dan sudah menaruhnya di meja Sunggyu saem.” Kata Woohyun. Walaupun mereka memang bersahabat; lahir di tahun yang sama, tinggal di komplek yang sama, memiliki gelang serupa (Waktu SD), melakukan segalanya bersama, gila bersama, dan akan mati bersama juga mungkin. Tapi tidak dapat dipungkiri kalau otak Woohyun berbeda dari dua orang idiot itu; Myungsoo dan Sungyeol. Dan-dia-memiliki-pacar-yang-imut.

Ketika Bae Suzy berbalik dan pergi, Ahn Hani tersenyum memaksa pada mereka. “Ngomong-ngomong besok lusa aku akan mengikuti audisi entertainment untuk yang ketiga kalinya.”

Myungsoo mengangkat alisnya. “Oh, benarkah? Kuharap kali ini mereka bisa menerimamu.”

Sungyeol mengangguk setuju. “ Kalau aku yang jadi jurinya sih pasti aku akan langsung meloloskanmu, Ahn Hani. Mereka yang menolakmu akan menyesal nantinya karena mereka melewatkan seseorang yang punya potensi besar menghasilkan banyak uang.”

“Benarkah? Yeay!” Hani meloncat-loncat lalu merangkul mereka bertiga. “Aku sayaang kalian.”

“Yaampun gagang pel ku naik.” Gumam Woohyun sangat pelan saat Hani pergi.

Sungyeol berdeham. “Jadi kau bermalam di rumah Suzy ya?” Ucap Sungyeol keluar dari topik lalu melirik Myungsoo menggoda. “Jadi dia mengajarimu Fisika, wah. Padahal aku juga dihukum tapi kenapa dia cuma mau mengajarimu ya?” Sungyeol menyeringai sambil menyenggol-nyenggol Myungsoo. “Kau melihatnya tidur?”

Myungsoo menghela nafas sombong. “Aku sudah pernah melihat dada telanjangnya. Aku tidak keberatan untuk melihatnya tidur dengan air liur berceceran.”

Dan Myungsoo teringat akan hari di mana ia dan Suzy akhirnya saling berbaikan.

 

Myungsoo kecil saat musim panas. Diseret Mom pada hari minggu untuk pergi berkunjung ke rapat khusus perserikatan empat ibu-ibu komplek di kediaman Bae.

Alasan: Terlibat pertengkaran hebat dengan Moonsoo karena Mom menemukan coretan gambar rumah –lebih milik rumah bobrok- di lantai dua. “Bukan aku mom! Moonsoo yang melakukannya.” Bantah Myungsoo.

“Bukan aku! Myungsoo hyung yang menggambarnya!” Bantah Moonsoo.

“Gambaranku tidak seburuk itu bodoh!”

Lalu Myungsoo terkena bentakkan oleh Mom karena melemparkan kata kasar pada adiknya sendiri dan berkata. “Aku tidak menyekolahkanmu untuk mempelajari kata-kata hina.”

“Baiklah mom, tapi sungguh bukan aku!”

“Bohong mom, dia yang menggambar cerobong asapnya!” Sela Moonsoo.

Myungsoo berdecak. “Iya memang aku yang menggambar cerobong asapnya tapi bukan aku yang menggambar rumahnya!”

Dan ternyata mereka memang membuat gambar rumah itu bersama-sama. Setelah selesai dimarahi oleh Mom mereka berdua saling beradu mulut di halaman belakang dan berakhir dengan saling dorong sehingga mereka harus dipisah. Moonsoo dengan Dad dan Myungsoo dengan Mom.

Dan di sinilah dirinya. Duduk di kursi tinggi meja makan bersama empat ibu-ibu lainnya yang sedang berciak, tertawa sambil mengibas-ngibaskan tangannya. Sungguh ini benar-benar membosankan. Kenapa harus Myungsoo saja yang ikut sementara ibu-ibu itu tidak membawa Woohyun atau Sungyeol.  

Di tengah meja makan persegi itu ditaruh camilan berupa gula-gula yang dibentuk menjadi bulat dan warnanya sangat bagus dan Myungsoo sudah memakannya hampir setengah beserta segelas penuh jus jeruk dan kini ia meyakini kalau para monster-monster manis itu sudah mengalir memasuki darahnya sehingga ia rasanya akan segera diabetes. Dan benar saja, beberapa saat kemudian ia mulai merasa tak nyaman dan ingin buang air kecil.

Myungsoo menarik lengan baju Mom. “Mom.. Mom..”

Sementara ibunya hanya menepuknya dan terus melanjutkan obrolannya dengan mereka, lagi-lagi ia mengabaikan anaknya. Myungsoo seharusnya bisa menahannya namun jus jeruk itu terasa memenuhi suatu ruangan di bagian bawah perutnya dan ia akan segera meledak kalau cairan oranye itu tidak dikeluarkannya sekarang juga.

Myungsoo merapatkan lututnya, membungkuk dan menggigiti bibirnya. “Mom.. Mom.. aku harus ke toilet.” Ucapnya gemetar.

“Apa? Aduh kau merepotkan sekali, tunggu sebentar.” Lalu ia kembali tertawa dengan mereka.

“Oh, kau ingin buang air kecil? Di sana ada kamar mandi, kau bisa menggunakannya sendiri kan?” Dibandingkan dengan Mom ternyata mama tiri Suzy jauh lebih peka dan perhatian terhadap Myungsoo.

Myungsoo membungkuk cepat-cepat pada mama tiri Suzy, melompat dari kursi lalu berlari ke kamar mandi yang letaknya tak jauh dari ruang makan.

Kalau saja ia ada di rumahnya mungkin saat itu ia akan segera membanting pintu, namun karena ia berada di rumah tetangga ia memutuskan untuk tidak merusak pintu kamar mandi orang lain. Ia menutup pintu buru-buru lalu segera membuka penutup toilet dan segera mengarahkan cairan itu ke dalamnya. Saat Myungsoo merinding dan menelerkan matanya tiba-tiba ia bisa mencium wangi lavender dari merk sabun foaming bath ternama di negaranya.

“Hei…”

Myungsoo menoleh dengan cepat dan isi dadanya terasa meledak-ledak saat melihat seorang anak perempuan sebayanya sedang duduk di bathub yang terisi hingga setengah badannya dan dadanya hanya tertutupi oleh busa. Itu perempuan pemilik anjing pitbull, itu perempuan yang melempar Sungyeol dengan sepatunya, itu perempuan yang mendorongnya hingga terjungkal dan itu perempuan bergaun whipcream, itu BAE SUZY!

Itu perempuan yang selalu mengganggu dan diganggunya selama setahun ini!

Mereka saling bertatapan sejenak. Lalu Myungsoo ingat kalau resleting celananya masih terbuka dan Suzy ingat kalau ia telanjang.

Akhirnya mereka berdua berteriak.

Myungsoo segera membetulkan celananya sementara Suzy berteriak-teriak dengan wajahnya yang memerah.

“Kau anak laki-laki kurang ajar!” Teriaknya lalu ia reflek berdiri dan ingin berlari keluar.

“Tunggu! Tunggu! Jangan keluar dari air!” Teriak Myungsoo panik saat melihat dada rata yang sangat mirip dengan milik Byul –Kucingnya- hanya saja miliknya berjumlah dua.

Suzy kembali berjongkok di dalam air dan menutupi wajahnya yang merah matang seperti tomat.

Saat Myungsoo berlari ke arah pintu dan membukanya kemudian ia merasakan botol shampoo yang isinya masih penuh itu mendarat dengan keras tepat di belakang kepalanya.

Perlawanan Suzy dengan botol shampoo ukuran jumbo itu sukses membuat Myungsoo muntah-muntah dan absen dari sekolah selama beberapa hari akibat menderita vertigo, ia hampir dirawat di rumah sakit namun ternyata ia bisa pulang dan berbaring di rumah.

Dan ketika hari ke limanya berbaring di kasur, ia bahkan tak bisa terlalu lama membuka mata karena segalanya terasa berputar dan itu akan membuatnya muntah lagi.

Lalu pintu kamarnya diketuk dan tanpa disangka-sangka perempuan itu datang ke kamarnya. Dan Myungsoo harus memicingkan matanya, berusaha melihat wajah Suzy dan bingkisan dengan beberapa kardus pepero di dalamnya.

“Apa? Aku tidak akan memaafkanmu walaupun kau menyogokku dengan pepero.” Ucap Myungsoo lalu menutup matanya kembali. “Tapi kalau kau bersikeras, silahkan taruh makanan manis itu di meja belajarku.”

Suzy saat itu menggunakan hoodie pink dan rambutnya diikat seperti buntut kuda. Ia mengerucutkan bibirnya lalu menaruh bingkisan itu di atas nakas. “Kenapa kau sakit?” terdengar suara Suzy yang sedang berlutut di samping kasur Myungsoo.

“Kau tanya kenapa? Ini karena botol shampoo raksasamu itu! Aku bahkan heran kenapa kau tidak mengunci pintu waktu mandi.”

“Itu karena aku sebenarnya takut berada di kamar mandi sendirian!”

Myungsoo menghela nafas tak percaya. “Memangnya apa yang kau pikirkan? Kau takut ada pembunuh di balik tirai showermu? Kau takut ada hiu/paus/annaconda di bathub mu?”

Kemudian terdengar Suzy terisak dan ia menangis.

Myungsoo membuka matanya lalu melirik Suzy, kaget. “Ya ya ya! Kenapa harus nangis?!”

“HUWEEEEEE!” Suzy meledakkan tangisannya, tangan mungilnya itu menggisik-gisik kedua matanya yang mengeluarkan air mata dengan deras.

“Jangan nangis! Kau mau aku dikira macam-macam lagi oleh Mom?”

“Hiks.. Hiks.. kukira kau akan segera mati karena kau tidak juga muncul di sekolah! Huweeee.. aku takut kalau aku akan dipenjara karena aku telah membunuhmu.”

Entah Myungsoo harus tertawa atau marah dibuatnya karena pertama, ia mengira kalau Myungsoo bakal mati. Ke dua, memangnya penjara sudi menerima bocah bandel seperti Bae Suzy? Lagipula siapa yang mau menangkap anak kecil.

Namun saat itu, Suzy berlutut di sampingnya, matanya masih berlinang-linang seperti kristal ditambah pandangan Myungsoo yang berkunang-kunang. Rasanya seperti di dalam mimpi. Dan tangan mungil itu terulur pada Myungsoo. “Mau kah kau memaafkanku dan menjadi temanku saja?”

Seharusnya ia bisa melempar balik botol shampoo pada anak itu namun sumpah demi tuhan matanya seperti kristal.

“Oke.”

 

Myungsoo melemparkan blazernya ke kursi panjang yang terbuat dari kayu tua di atap gedung sekolah. Ia menghempaskan bokongnya di kursi itu lalu mendesah berat. “Hari selasa yang menyenangkan.” Ucap Myungsoo sarkastik. Kemudian ia mengusap peluhnya dan berusaha menikmati angin pada waktu istirahat siang itu.

Sementara itu Sungyeol menumpukkan kedua lengannya di pagar pembatas dan memandang ke bawah. “Sialan, kenapa waktu berjalan sangat lambat. Kuakui kalau pada awalnya bolos dalam jam pelajaran memang menyenangkan tapi sekarang sepertinya rasa itu mulai luntur dan aku mulai cemas akan tes-tes harian yang kita lewati lalu mereka menumpuk di sana.”

Woohyun meneguk kaleng soda lalu tertawa meremehkan. “Kalian baru menyadari hal itu setua ini, sungguh?” Ucapnya. Dan Myungsoo baru menyadari kalau warna rambut Woohyun telah kembali ke warna semula. “Kita tahu kalau kita akan terkena resiko.” Lanjutnya.

“Begini ya, tuan Nam waw atau wow. Kita bertiga sudah sering membuat onar sejak smp oke? Dihukum sudah biasa namun aku belum pernah menjadi cleaning service.” Ucap Myungsoo.

Woohyun melempar kaleng soda yang sudah habis ke tempat sampah di pojok namun meleset  –Percayalah kalau Myungsoo atau Sungyeol yang melakukannya pasti tembakannya akan tepat, karena di antara mereka yang bukan anak klub basket hanya Nam Woohyun- Lalu dia berlenggang ke arah Myunhgsoo sambil tersenyum menggelikan pada Myungsoo.

Ia duduk di samping Myungsoo dan merangkulnya. Sementara Myungsoo mengerutkan keningnya dan menjauhkan wajah dari Woohyun.

“Kau tahu Myungsoo? Lelaki yang jago bersih-bersih dan rajin itu sebenarnya adalah lelaki yang paling diidamkan para perawan ataupun janda. Lebih diidamkan daripada lelaki mapan.”

Myungsoo memutar bola matanya. Inilah, Woohyun si mesin cinta. “Bisa sewa pembantu bukan?”

Tiba-tiba senyum cerah milik Woohyun pudar dan matanya menggebu-gebu. “Hatimu itu benar-benar dingin ya.” Ketusnya.

“Masa bodoh.”

“Kau!” Teriak Woohyun lalu tiba-tiba mengepalkan tangannya dan menaruh kepalannya itu di dada kiri Myungsoo. “Aku pernah melihat jenis ini. Persis seperti di kartun yang pernah kutonton! Hatimu membeku, dan hati yang beku hanya bisa disembuhkan oleh cinta!”

Myungsoo menoleh pada Woohyun dan menatapnya tajam. “Apa? Kau bahkan menonton kartun untuk perempuan? Nam Woohyun kau sudah berbelok ke arah yang tidak benar.”

“Kau harus menemukan cintamu!” Lanjut Woohyun menghiraukan Myungsoo. “Demi tuhan kau harus punya pacar! Aku akan mencarikannya untukmu.”

“Aku ingin Ahn Hani.” Myungsoo menyeringai dan langsung ditoyor oleh Woohyun dan ini untuk yang kedua kalinya ia ditoyor hari ini.

“Kau butuh mencintai hatinya bukan dada atau pahanya.” Cibir Woohyun lalu seperti ada lampu di kepalanya ia melebarkan matanya pada Myungsoo. “Sepulang sekolah datanglah ke cafe langganan kita, setuju?”

“Untuk apa?”

“Kita akan melakukan kencan buta!” Tanpa sempat Myungsoo menolaknya Woohyun sudah berdiri dan menghampiri Sungyeol. “Hei! Kau juga harus ikut. Kau dengar yang kubilang tadi kan?” Ucapnya pada Sungyeol  namun Sungyeol mengangkat sebelah tangannya.

Sungyeol menoleh pada Woohyun kemudian menunjuk sesuatu yang terjadi di bawah. “Lihat itu.”

Woohyun menjulurkan kepalanya berusaha melihat apa yang ditunjuk Sungyeol dan Myungsoo yang merasa penasaran juga bangkit dan berdiri di samping Woohyun.

Di bawah sana ada Bae Suzy yang berdiri di rerumputan samping pintu utama. Lalu seorang murid  lelaki yang sering Myungsoo lihat namun ia tak mengetahui namanya berdiri menghadap Suzy. Kalau tidak salah lelaki itu adalah anggota band karena Myungsoo sempat bertemu dengannya sewaktu meminjam peralatan band untuk pertunjukkan di hari pertama masuk.

“Pernyataan cinta?” Lalu Woohyun terkehkeh.

Suzy bukan hanya cantik dan menarik di mata Lee Howon namun hampir semua lelaki di sekolah ini berpikir kalau Suzy cantik juga cerdas. Tak jarang ia diajak kencan dan pacaran. Sejauh ini tak ada lelaki yang berhasil menjadi pacarnya karena ia selalu menolaknya mentah-mentah. Tapi entah dengan lelaki yang itu, dia tampan dan juga keren. Lalu tiba-tiba Myungsoo membandingkan dirinya sendiri dengan lelaki itu, kira-kira kalau dirinya yang berada di posisi lelaki itu akankah Suzy menerimanya? Mustahil! Mimpi saja kau Myungsoo. Ia bahkan hanya seperti secuil mentega di atas pancake hangat yang dengan cepat akan meleleh dan hilang.

“Taruhan padaku kalau ia akan menolaknya.” Ucap Sungyeol dan benar saja ketika lelaki itu memegang tangan Suzy dan memohon walaupun mereka tak dapat melihat wajahnya dari jauh, Suzy menggeleng lalu menepis tangan lelaki itu dan ia berbalik.

Sungyeol menjauhkan diri dari pagar lalu tertawa. “Suzy takkan punya pacar sampai kapanpun. Setidaknya ia tahu diri kalau ia akan merepotkan pacarnya karena sifatnya yang keras kepala.”

Myungsoo dan Woohyun mengangguk setuju.

“Soal blind date itu. Hm, kurasa aku akan bergabung.” Ucap Sungyeol.

Wajah Woohyun tiba-tiba berseri-seri. “Nah! Itu baru kawanku.” Lalu mereka bertiga melakukan yel-yel kebangsaan mereka di bawah langit yang terik pada siang hari itu.

 

*****

 

Myungsoo mengenakan kaus hitam dan celana jeans gelapnya. Kemudian ia menatap dirinya di cermin lalu menyisir rambutnya ke atas. Ini hanya sebuah kencan buta jadi ia tak memerlukan sebuket mawar, tuxedo ataupun rambut berpomade yang menggelikan.

Setelah selesai ‘bersolek’ akhirnya ia keluar dari kamarnya, menuruni tangga dan menemukan Mom yang duduk di sofa sambil menonton siaran tentang fashion.

“Mom aku akan pergi bersama Woohyun dan Sungyeol.” Ucap Myungsoo setengah berteriak karena Mom takkan mendengarnya kalau sudah menonton. “Aku ambil kunci, oke?”

Akhirnya Mom menoleh. “Kalian ingin ke mana?”

“Makan bersama.”

“Ingat ya Kim Myungsoo. Nyonya Nam dan Nyonya Lee dan aku sudah sepakat jika kalian membuat onar seperti kemarin lagi kalian bertiga akan disekolahkan di akademi militer!”

“Wow seraaaamm!” Kata Myungsoo dengan nada dilebih-lebihkan karena mau di manapun mereka bersekolah asalhkan mereka bersama tak ada yang bisa menghalangi mereka, meskipun Kopral, Kolonel atau yang berpangkat Jenderal sekalipun.

“Dan jangan pulang lewat dari jam tujuh oke? Kau harus pergi ke rumah Nyonya Bae untuk belajar bersama Suzy. Arraseo?”

“Arraseo-arraseo Mom.” Myungsoo mengangguk-angguk ketika kunci mobil telah berada di tangannya. “Aku pergi.” Katanya ketika mencium pipi Mom lalu secepat kilat ia melesat keluar dan pergi bersama SUV milik ibunya.

Myungsoo menjemput Sungyeol yang letak rumahnya berada tepat di sampingnya kemudian berjalan melingkari bundaran dan berhenti di ujungnya, di sanalah rumah Woohyun.

Setelah anggota mereka lengkap mereka pun akhirnya melesat menuju cafe langganan mereka. Dengan lagu Infinite “Come back again” yang berdentum-dentum di dalam mobil.

Myungsoo memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Dan ia merasa gugup ketika keluar dari mobil dan menghadap sebuah cafe berdinding batu bata merah yang jadi langganam mereka bertiga.

“Ayolah para gentelman.” Woohyun berjalan lebih dulu memasuki cafe sementara Sungyeol dan Myungsoo bertatapan terlebih dahulu lalu akhirnya mengikuti Woohyun.

Mereka menyebrangi lantai bawah yang lumayan kosong pada hari itu lalu menaiki tangga yang terbuat dari kayu yang di tempelkan pada dinding. Mereka pergi ke balkon dan di sana lah tiga gadis langsing duduk dengan imutnya di meja panjang yang terdiri dari enam kursi, salah satunya adalah Na Haeryung pacar Woohyun yang memiliki tubuh kecil wajah imut dan rambut yang dicat cokelat terang. Dan entah bagaimana Woohyun sudah menemukan gadis-gadis dengan secepat itu.

Dengan canggung –Minus Woohyun- mereka menghampiri para perempuan itu. Para perempuan itu tersenyum dengan cerahnya bagaikan cupid saat menjabat tangan lelaki idiot bergantian. Akhirnya mereka duduk bersebrangan.

Di ujung kanan Woohyun dengan Haeryung tentu saja. Di ujung kiri Sungyeol dengan seorang perempuan berambut cokelat gelap gelombang, matanya kecil, pipinya tembam dan hidungnya mancung, ia terlihat seperti seseorang yang agak pendiam. Sementara Myungsoo duduk di tengah-tengah, bersebrangan dengan seorang perempuan berwajah seperti ulzzang, berambut hitam lurus panjang, bibir cherrynya seperti kucing, matanya hitam, wajahnya mungil, dan biar ia tebak kalau rahang tirus itu adalah hasil oprasi plastik namun ia tetap cantik di mata Myungsoo.

Myungsoo akhirnya mengulurkan tangan padanya. “Kim Myungsoo, kamu?” Tanyanya dengan senyuman seribu watt dan perempuan itu menyelipkan rambutnya pada telingaya lalu menjabat tangan Myungsoo.

“Kim Do Yeon.”

“Wah marga kita sama.” Goda Myungsoo lalu Do Yeon tersenyum malu-malu.

Dan akhirnya Sungyeol juga mengikuti. “Lee Sungyeol.”

“Nam Jihyun.”

“Ah, mereka berdua adalah teman smpku.” Imbuh Haeryung. “Sekarang mereka sekolah di sekolah khusus putri. Cantik kan?”

Myungsoo langsung melebarkan matanya. “Wah, sekolah khusus putri? Kau mengambil jurusan apa?” Tanya Myungsoo lebih kepada Do Yeon.

“Ehm, aku mengambil jurusan fashion dan make-up.” Jawabnya sedikit malu-malu.

Myungsoo menopangkan dagunya. “Begitu ya? Kelihatan kok dari wajahmu.” Lalu Myungsoo tersenyum dahsyat seraya menggodanya dan Do Yeon tersipu. “Mom pasti suka melihatmu karena dia juga pencinta fashion di  samping pekerjaannya yang bertolak belakang.” Lanjutnya

Sementara Woohyun dan Sungyeol hanya saling lirik-melirik. Seolah mengatakan “Kim Myungsoo bersemangat sekali”.

Setelah itu mereka memutuskan untuk memesan kopi dan makanan kecil sebelum mereka berpisah, pergi bersama pasangan masing-masing.

“Jadi, kau sekelas dengan Woohyun?” Tanya Do Yeon ketika Myungsoo dan dirinya berjalan di trotoar, baru saja keluar dari cafe dan berpisah dari pasangan lain.

“Tidak, tapi aku sekelas dengan Sungyeol.” Jawab Myungsoo, lalu Do yeon hanya mengangguk. “Hmm. Ya, kami selalu satu sekolah dari SD. Dan kau tahu? Kita punya rumah yang berdekatan, mempunyai ibu yang segeng dan masing-masing dari kami juga memiliki adik laki-laki yang dua tahun lebih muda.” Lalu Myungsoo tersenyum padanya, ia telah berusaha menjembatani kecanggungan di antara mereka.

“Kalau begitu kalian sudah seperti saudara?”

Myungsoo mengangguk. “Kita bahkan mandi bersama hingga saat ini.”

Lalu Do Yeon tak bisa menahan tawanya. “Ya!” Ia tertawa sambil mendorong bahu Myungsoo, sepertinya itu salah satu kebiasaannya. Dan Myungsoo juga tertawa dibuatnya. Tanpa sengaja Do Yeon menyentuh tangan Myungsoo dan ia langsung menariknya. “Ah, maaf.”

“Tidak apa-apa. Mau bergandengan tangan?” Tawar Myungsoo sambil mengulurkan tangannya yang terbuka.

Do Yeon lagi-lagi tersipu dibuatnya. “Terimakasih.” Dan ia menyambut tangan Myungsoo.

Akhirnya mereka berjalan-jalan berdua sambil berbincang-bincang kecil dan tertawa sekali-kali akibat lelucon Myungsoo. Mereka pergi ke toko Souvenir, membeli gantungan ponsel pasangan lalu berjalan lagi dan membeli permen kapas di pinggir jalan. Myungsoo membuat lelucon dengan menaruh helaian permen kapas di bawah hidungnya dan berpura-pura menjadi kakek-kakek di depan Do Yeon dan Do Yeon tertawa lagi.

Mungkin Myungsoo cukup suka saat matanya yang melengkung seperti bulan sabit, kantung matanya, dan pipinya yang naik dan kedua ujung bibirnya yang tertarik.

Dan tak terasa hari sudah berubah menjadi gelap. Mereka kembali ke cafe dan di sana dua pasangan lain sudah menunggu mereka di dekat mobil Myungsoo yang terparkir di pinggir jalan.

“Jadi.. kita berpisah di sini.” Ucap Woohyun. “Terimakasih untuk seharian ini para gadis.”

Myungsoo melirik pada Do Yeon lalu berbisik padanya. “Boleh aku meminta nomer ponselmu?”

Do Yeon tersenyum dengan pipinya yang merona lalu mengangguk dan Myungsoo memberikan ponselnya dan gantungan yang barusan dibelinya bersama Do Yeon telah dipasangnya. Do Yeon mengetik nomer ponselnya dan menyimpannya lalu mengembalikan ponselnya kepada Myungsoo.

“Terimakasih ya, aku akan meneleponmu malam ini.” Goda Myungsoo terakhir kali lalu para gadis itu pamit dan mereka pergi.

Sementara trio homo yang habis menjalani kencan buta itu cepat-cepat masuk ke mobil. “Wow!” Seru Myungsoo yang sudah duduk di kursi kemudi.

“Sudah kubilang kalau ini asyik.” Ucap Woohyun sambil menyeringai dari jok belakang.

“Lumayan, kecuali kalau uangmu habis karena kau punya harga diri sebagai lelaki yang akhirnya kau harus mentraktir seorang perempuan yang bahkan tidak jelas identitasnya dan belum tentu jadi pacar.” Ketus Sungyeol sembari memakai sabuk pengaman.

“Aku akan memimpikan Do Yeon setelah ini.” Kata Myungsoo dan ia menancap gas.

Ia terlambat satu jam. Ia sampai di rumah sekitar setengah sembilan malam. Perasaannya mendadak terasa janggal ketika melihat kondisi rumah benar-benar gelap. Ia khawatir kalau lagi-lagi Mom melakukan triknya seperti kemarin namun Saat ia mematikan mesin mobil Moonsoo keluar dari pintu depan dengan snapback hitam bertuliskan ‘#SINGLE’ kesayangannya yang mengumpat di dalam tudung jaket kelabunya.

Myungsoo segera turun dari mobil dan langsung menahannya. “Oi, mau kemana kau?”

“Aku ingin ke tempat tongkrongan.” Jawabnya benar-benar menjengkelkan.

Myungsoo tersenyum meremehkan. “Tidak usah bergaya-gaya anak tongkrongan. Kau, Dayeol dan Boohyun masih ingusan..”

Lee Dayeol adalah adik dari Lee Sungyeol dan Nam Boohyun adalah adik dari Nam Woohyun. Mereka semua berselisih dua tahun dari kakak-kakak mereka. Entahlah mungkin perkumpulan mama-mama komplek mengadakan semacam rencana membuat anak bersamaan. Tidak mungkin itu semua cuma kebetulan bukan?

“Lagi pula kau tidak bisa pulang malam karena Mom akan menghapusmu dari daftar keluarga jika kau benar-benar melakukannya untuk yang kesekian kali..”

Lalu Moonsoo tertawa. “Mom tidak ada di rumah, ia pergi lembur lagi.”

“Mother of  Bullsh*t.” Celetuk Myungsoo sambil menunjukkan DUA BUAH jari tengahnya.

Moonsoo memutar bola matanya. “Terserah saja.” Lalu ia berbalik dan memanjat pagar. Padahal hal itu tidak diperlukan karena pagarnya bisa dibuka. Dia HANYA banyak gaya. Tapi akhirnya Myungsoo mempercayai adiknya dan masuk melewati pintu depan.

Ia menyalakan lampu ruang tengah dan menggantung kuncinya. Karena tidak ada Mom ia bisa sedikit berleha-leha dan mungkin ia tak perlu pergi ke rumah Suzy karena ia pasti akan membalas perbuatannya soal wajahnya yang habis oleh Myungsoo.

Lantas Myungsoo menyalakan televisi dan berlenggang ke dapur mengambil sebotol jus jeruk dan keripik kentang. Kemudian cepat-cepat ia menaruh sebotol jus jeruk itu di meja kopi dan melompat ke sofa yang empuk bersama keripik kentang di pelukannya. Mom pasti tidak akan mengizinkannya untuk melompat ke atas sofa tapi masa bodoh.

Myungsoo menikmati acara televisi pada malam itu dan melupakan tentang Suzy ataupun Do Yeon yang menunggu telefonnya. Saat ia membuka botol jus jeruk dan meminumnya seteguk tiba-tiba pintu depan diketuk secara kasar dan berulang-ulang kali. Myungsoo yang terkejut tersedak dan cairan oranye itu muncrat dari hidungnya.

“IYA! SEBENTAR!” Teriaknya sambil meraih tisu dan mengelap hidung dan bibirnya. Dan orang itu tak berhenti mengetuk pintu. Keparat macam apa yang mengetuk pintu seperti orang kesetanan malam-malam seperti ini padahal ada bel yang lebih praktis dan enak didengar.

“Ya?” Myungsoo membuka pintu dan tampaklah seorang perempuan yang mengenakan dress putih selutut, ia tertunduk dan rambutnya acak-acakan. Myungsoo melompat ke belakang sambil berteriak. “HANTU!”

“PABBO!” Hantu itu berteriak balik padanya dan Myungsoo baru mengenali wajahnya saat hantu itu mengangkat wajahnya. Itu Suzy dan berantakkan sekali. Ia menangis, eyelinernya luntur dan membuat tetesan air matanya berubah menjadi hitam menyeramkan.

“Ya ya ya.. Suzy ada apa denganmu?” Tanya Myungsoo panik. Suzy tak menjawab, ia menerjang ke arah Myungsoo dan memeluknya benar-benar erat. Myungsoo terkejut, tangannya yang masih memegang knop pintu menegang dan di sebrang jalanan sana ada Nenek Choi yang duduk di kursi rodanya di teras rumahnya, tersenyum dengan gigi ompongnya menyaksikan dua anak muda yang berpelukan di ambang pintu.

Merasa kikuk akhirnya dengan susah payah Myungsoo menarik Suzy untuk masuk ke rumahnya lalu menutup pintu setelah itu.

Suzy melepaskan pelukannya dan Myungsoo bisa menyadari kalau Suzy sedang mencoba untuk menahan segukkannya. “Maaf, aku jadi kelihatan bodoh seperti ini.”

“Tidak apa-apa kau memang selalu terlihat bodoh..” Guraunya walau sebenarnya Myungsoo bingung. Ini kedua kalinya Myungsoo melihat Suzy menangis semenjak saat Suzy meminta maaf padanya bertahun-tahun yang lalu.

“Aku bertengkar dengan…”

“Stop, stop, stop. Kau tidak membicarakannya di belakang pintu karena bisa saja Mom memergoki kita dan lagi-lagi aku yang disalahi. Sebaiknya kita pergi kamarku dan beri tahu aku apa yang terjadi padamu, oke?”

“Oke.”

Mereka duduk berhadapan di atas kasur Myungsoo yang berantakkan. Entahlah tapi sudah lama sekali semenjak Suzy datang ke kamarnya, mungkin terakhir kali saat Myungsoo memiliki pacar pertama.

“Di sini..” Myungsoo menunjuk ke samping kasur. “Dulu kau menangis kencang-kencang untuk meminta maaf padaku dan waktu itu kau menyumpahkanku untuk mati.”

“Bodoh.” Ketus Suzy namun akhirnya ia tersenyum. “Aku tidak menyumpahkanmu tapi aku hanya berpikir demikian.”

Myungsoo bergeser untuk mendekatinya. “Jadi apa yang terjadi.”

Lalu senyuman itu pudar lagi. “Ini salahmu Myungsoo. Itu karena kau mencoret-coret wajahku kemarin.”

Myungsoo tergelak. “Berarti itu adalah hal terbaik. Karena kau bisa menangis hanya karena hal seperti itu. Ditimpah kue pengantin setinggi dua meter saja kau tidak menangis.”

Suzy memukul wajah Myungsoo dengan bantal.

“Hahaha.. Baiklah mari kita serius. Apa yang membuatmu jadi seperti ini hingga aku berpikir kau adalah sesosok setan di depan rumahku?” Myungsoo menopang dagunya.

“Aku kesal Myungsoo. Hari ini adalah hari pernikahan ayahku dan wanita jalang itu. Mereka mengajakku makan malam padahal sudah kukatakan kalau mereka bisa makan berdua karena ini acara mereka. Sungguh Myungsoo aku sudah menolaknya dengan sopan namun mereka memaksa hingga mereka bersikeras meneleponmu dan Sungyeol untuk menemaniku tadi sore..”

“Syukurlah aku tidak mengangkatnya.” Karena Myungsoo dan Sungyeol sedang sibuk kencan buta.

“Berakhirlah aku yang duduk di antara mereka. Menatap tajam ke arah dua gelas wine yang bersulang. Mereka bertanya padaku apakah makanannya enak? Dan aku jawab tidak..”

Ya, dia memang ketus. Myungsoo menyahut dalam hati.

“Lalu mereka bertanya lagi makanan jenis apa yang kusukai…”

Lalu dia akan menjawab daging guling Kim Myungsoo mungkin. Sahut Myungsoo lagi. Membuat Myungsoo jadi tersenyum saat mendengarkan ceritanya.

“Kau memang orang paling brengsek sedunia. Kenapa malah tersenyum? Memangnya ini lucu?” Bentaknya membuat Myungsoo tersentak.

“Maaf, aku tidak tersenyum tapi ini gara-gara suntik botox membuat pipiku jadi gatal-gatal dan agak kaku.” Myungsoo mengeluarkan alasan gurauan lagi.

“Persetan dengan botox.”

Myungsoo terkehkeh. “Silahkan lanjutkan.”

“Mereka bertanya jenis makanan apa yang kusukai. Lalu kujawab kalau aku menyukai apapun yang dimasak ibu kandungku. Lalu ayahku marah. Apa maunya sih? Dia yang bertanya lalu kujawab dengan jujur. Lalu apa salahku? Aku jadi tidak berselera lagi untuk memakan hidangan daging babi dan lagi aku benar-benar tak berselera lagi untuk melihat wajah si wanita jalang itu. Ia berpura-pura duduk manis, tersenyum dan berkata kalau ia akan berusaha membuat makanan seperti ibuku. Ekting murahan agar membuat ayahku makin membelanya dan makin menyalahkanku karena aku menyinggung-nyinggung soal istri tuanya di hari berharganya. Aku sudah bilang dari awal aku tidak ingin ikut-ikutan soal acara mereka. Setidaknya aku tahu diri kalau aku tak bisa menahan emosiku, oleh karena itu aku tidak ingin ikut. Tapi dia tetap bersikeras, oh tuhan..”

Dan akhirnya ia membungkuk dan menangis. “Dan aku berdiri lalu bersumpah kalau ayahku adalah orang paling brengsek sedunia..”

“Setidaknya aku bersyukur kalau ternyata aku bukan satu-satunya ‘orang paling brengsek sedunia’.” Myungsoo menghela nafas dan menepuk-nepuk punggung Suzy. “Sudahlah.”

“Tapi sebenarnya aku tidak ingin berkata seperti itu. Aku menyayangi ayahku, sungguh. Tapi melihatnya menyayangi perempuan selain ibuku membuatku merasa membencinya dan menyalahkannya atas kepergian ibuku dari keluargaku.”

“Aku mengerti, Suzy. Mungkin suatu saat kau bisa menemui ibu kandungmu lagi.”

“Seandainya aku tahu dia dimana. Aku juga tidak tahu apa dia sudah menemukan lelaki lain juga.”

Myungsoo mendengus. “Tidak, masalah. Aku akan membantu…..”

Tiba-tiba terdengar suara pintu lantai bawah terbuka dan saklar-saklar lampu dinyalakan. “Itu mom!” Myungsoo reflek mendorong Suzy dan menarik selimut menutupi tubuh mereka berdua.

Suzy membelalak. “Apa sih yang kau lakukan?” Bisiknya setengah berteriak. Lalu ia meronta-ronta di dalam selimut.

“Sssshhhh!” Myungsoo berdesis seraya mengapit tubuh Suzy dengan kakinya yang panjang supaya perempuan itu berhenti bergerak. “Seseorang menuju kemari!” Namun perempuan itu terus bergerak dan berusaha melepaskan diri.

Kemudian terdengar pintu kamarnya dibuka.

“Hyung. Kenapa di lantai bawah berantakan sekali…”

Tunggu, itu suara Moonso. Myungsoo reflek membuka selimut dan menoleh cepat padanya.

Moonsoo mematung di ambang pintu dengan tangannya yang masih memegang knop. Wajahnya memerah dan mulutnya terbuka menyaksikan tubuh Myungsoo yang ‘terjalin’ dengan tubuh Suzy di atas kasur. “A… anu.. aku tidak tahu kalau kalian sedang bersenang-senang.” Lalu ia berbalik dan menutup pintu dengan keras.

“Tidak! Tunggu Moonsoo!!” Myungsoo segera melompat dari kasur dan berniat mengejar Moonsoo sebelum kakinya tersangkut selimut yang akhirnya membuatnya terjembab dengan dahi yang mendarat duluan “AH SIALAN!” Geramnya. Ia segera bangkit dan mengejar Moonsoo yang mulai menuruni tangga. Ia menarik siku adiknya dan terengah-engah. Demi tuhan jantungnya mau copot. “Hei kau! Bukankah seharusnya kau ada di tongkrongan?”

Moonsoo menepis tangan Myungsoo. “Aku membawa Dayeol dan Boohyun kesini. Kita akan bersenang-senang di sini bukan hanya kau saja yang bisa senang-senang.” Cetusnya.

“Ap.. apa? Bersenang-senang apanya?”

Moonsoo melirik ke arah pintu kamarnya dan emosi Myungsoo mencuat.

“Itu bukan seperti yang kau lihat! Ingat ya, sampai kau melaporkan yang tidak-tidak pada Mom aku akan memasukkan Byul ke rumah!” Ancam Myungsoo yang disahut alis terangkat dari Moonsoo. Ia tahu kalau Moonsoo alergi terhadap bulu kucing oleh karena itu ia tak pernah diperbolehkan untuk memasukkan kucing liar itu ke dalam rumah.

“Tidak, Hyung. Aku bisa mati kalau kau melakukan itu.”

Myungsoo tersenyum sinis. “Aku tidak peduli.” Lalu Myungsoo berbalik dan kembali masuk ke kamarnya dan kali ini ia menguncinya. “Ah sial anak itu.” Sumpahnya sembari menggosok-gosok dahinya yang terasa berdenyut-denyut. Ia berjalan dan kembali duduk di kasur.

“Rasakan itu! itu akan menimbulkan lebam dan itu setara dengan coretanmu kemarin di wajahku.” Ketus Suzy sembari tersenyum miring.

Myungsoo berdecak. “Kemarikan bantalku!” Ia merebut bantal yang semula dipeluk Suzy. “Aish, bagaimana aku menjelaskan pada Mom jika ia menemukan noda makeup di bantalku.”

Suzy memicing pada Myungsoo. “Kau ini kenapa sih? Dulu kita terbiasa tidur bersama saat tamasya dengan mama-mama komplek. Ia tak mungkin terkejut kalau tahu aku menangisi bantalmu.”

Myungsoo balas memicingnya. “Sekarang keadaannya sudah berbeda. Mom yang sekarang lebih protektif padaku ia takut pada masa pubertasku. Kau tahu kan apa yang terjadi pada lelaki kalau mereka mengalami masa pubertas. Hormon testoseron menaik dan terjadi ereksi dan dia harus apa?” Myungsoo menjulurkan tubuhnya dan mendekati Suzy. “Mom yang sekarang benar-benar mengajarkanku untuk menjunjung tinggi ‘keperawanan’ dan kau tahu sendiri kalau sekarang wanita itu tidak ada di sini.” Lalu ia berhenti tepat beberapa senti di depan wajah Suzy.

Suzy menaikkan sebelah alisnya. “Maaf, tapi aku ngantuk.” Ia meremas wajah Myungsoo dengan tangannya lalu mendorongnya. Lalu ia merebut bantal Myungsoo, menarik selimut dan tidur begitu saja.

“Benar juga sih, aku tidak mungkin ereksi karenamu. Eh, Apa? Kau tidak bisa tidur di sini! Hei!” Myungsoo menggoyangkan tubuh Suzy namun perempuan itu tidak bergeming. Akhirnya Myungsoo menghela nafas dan berbaring di sampingnya tanpa selimut dan bantal.

Myungsoo mendengus merasakan sunyi di antara mereka. “Soal mama tirimu. Aku turut menyesal. Kalau diceritakan kita berempat punya ibu yang berbeda-beda. Aku dengan Mom yang protektif, Woohyun dengan mamanya yang darah tinggi, Sungyeol dengan mamanya yang sangat lembut dan kau yang punya mama tiri. Bahkan aku tak mengenal ibu kandungmu, apakah dia orang yang cantik?” Myungsoo menoleh namun tak ada jawaban. “Suzy?” Lalu ia mendengus karena inilah kebiasaan Suzy yang bisa terlelap dalam waktu tiga detik.

Myungsoo tersenyum jail sambil mengeluarkan handphonenya. Saat itu ia tersadar akan gantungan handphone yang barusan dibelinya bersama Do Yeon, ia melepasnya dan menaruhnya di nakas. Lalu Myungsoo kembali pada Handphonenya. “Aku akan mengambil poto jelekmu Bae Suzy, ayo berpose~”

Myungsoo mengubah-ubah sisi untuk menemukan titik jelek Suzy namun sialnya mau dipotret darimanapun Suzy tak pernah terlihat jelek, ia selalu terlihat seperti Suzy yang biasanya.

Myungsoo menurunkan handphonenya dan melamun melihat Suzy. “Apa yang sedang kau impikan Suzy? Kenapa sekarang kau membuatku bertanya-tanya tentangmu?”

Saat itu sesuatu mengetuk jendelanya. “Byul?” Myungsoo beranjak dan membuka jendela. Kucing hitam keabu-abuan itu selalu menghilang di siang hari dan datang kembali pada malam hari. Myungsoo meraih makanan kucing yang selalu ditaruhnya di samping jendela, menadahnya di tangan dan membiarkan kucing itu memakannya langsung di tangannya.

“Dasar sombong. Kau hanya kucing liar tapi kau selalu meminta makanan mahal.” Namun Myungsoo tersenyum melihat kucing itu makan. Byul sekarang sudah berubah jadi kucing gendut yang pemalas, padahal dulu dia ini kucing kecil kurus yang kehilangan ibunya dan tersesat di atap rumah Myungsoo.

Lalu Myungsoo menoleh menatap Suzy yang terlelap di sisi kasurnya. “Dia itu sepertimu, Byul. Sombong dan jelek. Dia selalu datang padaku dan merepotkanku.” Ia mengehela nafas. “Tapi aku akan mencarinya kalau suatu saat dia tak lagi datang.”

 

 

“Apakah ayah menyayangiku?”

“Tentu saja sayang. Dia sangat menyayangimu.”

“Lalu apakah ia akan datang besok, di acara ulang tahunku?”

“Banyak sekali alasan untuknya. Ibu kadang juga tidak paham dengannya tapi ibu yakin ia sayang padamu dan ia tak akan lupa dengan ulang tahunmu.”

“Begitukah?”

Lalu mata cokelat anak perempuan itu berbinar menerawang cakrawala dan ditemukannya sesuatu yang bergerak melesat di atas. “Bu, apakah ia akan menatapku juga kalau aku menjadi pesawat seperti itu?”

“Tentu, ia pasti terkagum-kagum padamu.”

 

Dan pada akhirnya semua itu hanya wacana yang sulit untuk diterima.

 

“Aku sudah muak padamu! Aku akan pergi, kau dengar itu? AKU AKAN PERGI!”

 

Kue ulang tahun yang disisihkan anak itu untuk ayahnya terlempar dan hancur di bawah sepatu pantopel hitam yang mengilap itu.

 

 

To Be Continued…………….

43 thoughts on “My Insanity Youth (Part 2: “Laugh is Her Loudest Cry”)

  1. Welcome back..aduh lama sekali g denger kabar dr mu..
    Makin seru aja ceritanya dan tingkah suzy dan trio homo bikin emosi campur2..lol..
    Ditunggu kelanjutannya yaa.. Hwaiting

    Like

  2. Brasa seru bngrt obroln2 trio + suzy in… Prolemnya rngan2 aj ap msh ringan dlu thor… Klo bca sring ngrasa ad kjutan dri crta yg d bkin…. Next d tunggu thor 😀

    Like

  3. Ternyata myungsoo jago ngegombal juga ya. Belajar dari woohyun kaya’y sih. Btw ibu” komplek itu bener keren punya anak yang seumuran. Lanjutkan thor

    Like

  4. Waaa ini cerita yang sangat keren. Pertemanan yang kocak ! Trio homo selain nakal juga byonte yaa haha. Suzy dibalik sikap galak dan tegasnya ternyata memiliki sikap buruk juga kkk.

    Menarik, next part nya semoga tidak lama ya hehe:-) Cheer Up eonni^

    Like

  5. Lupa banget sama part 1. Harus baca lagi nih…
    Tapi kenapa myung kecantol gitu sama tuh cwek??? Hish gag suka.
    Suzy.ya…. dia kasihan sekali.
    Yang terakhir itu siapa ya???
    Lanjut thor. Jangan kelamaan. Jangan kayak bang toyib ye 😂😂😂

    Like

  6. Ngakak bacanya…tp pas d akhir wlpun ada lelucon konyol myung, ttp aja ada ksian ma suzy 😢, tp rada2 lupa sm part 1 nya, ntar mau bc lgi deh…

    Like

  7. Msih bingung sama konflik yg trjdi. Mom over bgt sma soo oppa. Sebesar apa btol smpo yg suzy lmpar smpe2 soo oppa kna vertigo kyak gitu
    Next chingu

    Like

  8. suka banget sama ceritanya, ringan masalahnya..suka deh, jangan banyak konfliknya ya…kk
    ngakak juga baca trio homo yang tingkahnya amburadul gitu kk

    Like

  9. Myung gombal banget pas kencan sama doyeon….
    Suzy enak yaaa…ga canggung gtu dekat myung…penasaran sama kelanjutannya. .lanjut thorrr…!!!

    Like

  10. Lucu yg pas baca suzy sama myungsoo bisa jadi temen …ngakak wkwk myungsoo vertigo 😂😂😂😂
    Andwaeee myungsoo ga boleh sama doyeon 😦
    Emak emak kompleks nya aduhh bikin ketawa ketiwi dah kelakuannya…. Seneng bgt akhirnya author balik yeayy, ceritanya juga makin seru…
    Dan penasaran dimana ibu kandungnya suzy? Dan apa alasan suzy nolak semua cowo yg nembak dia…. Disini byul sama monsoo juga muncul duhh senengnya 🙂
    Lanjut author…

    Like

  11. Duh ini lucu bgt ceritanya thor .abis baca yg menegakan lanjut baca yg asik begini cocok deh
    Lanjutan nya jangan lama” ya thorr keburu bulan puasa taun depan ehh wkwk keep writing thor, gue pasti always komen :*

    Like

  12. heeh? myung tertarik dgn gadis di kencan buta itu, halaah jangan dong. oh iya ibu tirinya suzy ini beneran cuma akting baik atau memang dia baik?

    Like

  13. aigoo myung sma tmn” nya bnr” byeontae ckckck
    aku bnr” pnasaran sma klanjutannya ff ini
    NEXT PART 😀

    Like

  14. Myungsoo nakal kalo lagi sama temennya, tapi kalo lagi sama suzy dia keliatan manly nya. meski sifat nyebbelinnya yg keluar. love love deh sama ff ini, maag bacanya random.. semangat buat part-part selanjutnya. ditunggu yah

    Like

  15. Ini kereeeeeeen banget,,
    Masih sama kaya di part satu ,aku masih senyum” sendiri kaya orang gila bacanya…
    ahhh author knapa harus ada c DY,,maaf aku rada ga suka ma c DY…( di maklumin aja ya author aku korban ff hehe),
    Baik lah author aku akan melanjut kan membaca ke part selanjut nya,karna aku sudah penasaran ma kelanjutan cerita dari c trio homo dan juga myungzy yang pasti nyah…
    Semangat terus author…

    Like

  16. Merka ber2 lucu ya.hemmm saling butuh. Jd temlat curhat.hoho para kk dan para ade punya genk masing2.wkwkk

    Like

  17. Appanya suzy bercerai dgn eommany suzy beneran karena appanya suzy yg selingkuhkah?lalu sekarang dimana keberadaan eommanya suzy?gak suka sama sikap myungsoo yg genit,,,

    Like

  18. Orang tua suzy cerai dan ayah suzy nikah lagi? Dan di pesta pernikahan itu myungsoo suzy ketemu.. sayangnya hidup suzy ga sebahagia yg kita bayangkan, kirain ibu suzy udah ga ada ternyata gatau dimana dan smpe sekarang suzy blom ketemu ibunya

    Like

Leave a comment