The Unbeatable Phantom (ACT 12 “The Lonely Black Scarf”)

Untitled-2 copy

Tittle           : The Unbeatable Phantom

Main Cast   : –   Kim Myungsoo

– Bae Suzy

Other Cast : INFINITE member, EXO-M member, BTS member, Nam Jihyun (4MITUTE), Son Yeoshin (A-PINK), Park Chorong (A-PINK), Lee Soo Jung/Baby soul(Lovelyz), Lee Gikwang (B2ST), Lee Joon (MBLAQ), Kim Jong Woon (SUJU), Lee Hyunwoo, Kim Tae Hee, Kim Jaewon.

Genre       : Romance, Action, Crime, Family, Friendship.

Type         : Chaptered

Rating      : PG-17

Author     : LAWLIET

 

Prev;

 

 

ANNYEEOONGG~  setelah sekian lama akhirnya saya nongol juga hehe. Saya jadi merasa bersalah karena udah bikin FF ini bulukan di folder selama enam bulan. Yah.. selama enam bulan itu juga aku sedang berjuang untuk kelanjutan masa depanku. If you know bimbel, kelas tambahan, try out, UN,Universitas. Wah pasti juga udah pada banyak lupa ceritanya, sama saya juga rada lupa hehehe. Saya mau ucapin terimakasih juga sama yang udah nunggu dan mungkin bertanya-tanya ‘kok gak update’ huhu jujur saya mau nangis TvT. Jadi ini dia~ saya comeback lagi di masa-masa liburan sekalian memperingati hari ini adalah 6 tahun anniversary Infinite~~~. Semoga berkenan ya~

 PERINGATAN KERAS! DILARANG COPY PASTE, MERUBAH, MEMPLAGIAT DAN LAIN-LAIN YANG BERSIFAT MENCURI! CERITA AKAN DIHAPUS SEBAGAI KONSEKUENSINYA!

Don’t forget to leave a comment, happy reading~~

 

 

 

 

The Unbeatable Phantom

════Act 12 “The Lonely Black Scarf”════

1373619731-577727423

 

“Aku tahu kau akan datang menyelamatkanku!” Ucap Naeun lalu mulai menangis di bahu Myungsoo. “Aku tahu ini kau Myungsoo.”

Terdengar kebisingan dari luar dan Myungsoo terkesiap. “Kau diamlah dan tetap berada di dekatku oke?” Hanya itu yang bisa dikatakan Myungsoo. Lalu Naeun mengangguk. Myungsoo menutup kedua mata Naeun dengan sebelah tangannya lalu menuntunnya ke arah pintu. Naeun sudah mengenalinya, apapun yang terjadi jangan sampai Naeun tahu kalau Myungsoo adalah L. Ia berada di ujung tanduk, sial.

Myungsoo beringsut menempelkan telinganya pada daun pintu. Terdengar derap langkah seseorang menaiki tangga dengan bunyi slide pistol di tangannya.

“M.. myungsoo.” Rintih Naeun.

“Diam.” Titah Myungsoo dingin.

Polisi yang datang, tak mungkin ia menyembunyikan Naeun. Yang datang kali ini pastilah bukan Suzy, maka kemungkinannya hanya tinggal dua. Antara Gikwang atau Hyunwoo. Dalam hati Myungsoo berharap semoga Gikwang yang menghampirinya. Anak malang yang sebentar lagi tersisihkan dari timnya.

Myungsoo membuka pintunya dengan keras, satu tangannya yang menutup mata Naeun memaksanya untuk melangkah, Naeun memekik tertahan. Sementara itu Myungsoo menyeringai di balik maskernya saat melihat seseorang dengan setelan jasnya berdiri di ambang tangga. Uratnya menonjol di punggung tangannya yang menggenggam pistol

Lee Hyunwoo

Matanya membulat ketika satu tangan Myungsoo meraih sesuatu dari balik badannya.

“Kalau kau berani melangkah sedikit saja..” Myungsoo mengarahkan pistolnya pada kepala Naeun.

“Brengsek..” Hyunwoo mengangkat pistolnya, mengarahkannya pada Myungsoo.

“Hei.. hei….” Naeun bergeming. Perempuan malang yang sama sekali tidak tahu di dekat kepalanya ada pistol yang kapan saja bisa berbunyi.

“Ini kedua kalinya kita bertemu dalam kondisi seperti ini.” Ucap Myungsoo lalu mendenguskan senyuman sinisnya.

Hyunwoo hanya terdiam masih dengan kedua tangannya yang memegang pistol, siap menembak pria bermasker hitam alias L.

Myungsoo bergeser, mendorong Naeun di sisinya untuk berjalan secara perlahan ke arah tangga. Sementara kedua tangan Hyunwoo mengikuti pergerakannya dalam gerakan memutar.

“Kuperintahkan kau untuk berhenti di situ sebelum akhirnya kau harus melawanku.” Ucap Gikwang dengan wajah seriusnya di balik pistol.

“Kau pikir siapa yang bisa memerintahku?”

Lalu satu peluru peringatan melesat melewati sisi tubuhnya.

Myungsoo mengangkat pistolnya saat Hyunwoo berlari menerjangnya. Saat Myungsoo hendak menarik pelatuknya kepada Hyunwoo terbesitlah kenangan itu.

Hyunwoo adalah temannya.

Meskipun ia tak menganggap hal itu sekarang.

Ia adalah teman Myungsoo yang juga menyukai Suzy.

Ia juga ingin melindungi Suzy.

Semua kenangan itu mampu menghentikan jarinya yang mengakibatkan Hyunwoo maju terlebih dahulu, menendang pergelangan tangannya hingga pistol yang digenggamnya terlepas dan terpelanting. Naeun terdorong dan terlepas dari dekapan Myungsoo.

“AA!” Ia berteriak saat tubuhnya melayang menuju tangga. Tubuhnya yang kecil menghantam anak-anak tangga yang terbuat dari kayu setelah itu ia terguling menuju anak tangga selanjutnya, ia tak lagi berteriak ketika tubuhnya menghantam ujung anak tangga secara berulang-ulang dan akhirnya tubuhnya berhenti di lantai dasar dengan bunyi berdebum.

“Aahh..” Naeun merintih. Bahunya mati rasa dan kepalanya berputar-putar hebat. Ia mengerjap beberapa kali sebelum pengelihatannya yang berkunang-kunang kembali.

Ia melihat Myungsoo yang berlutut di lantai dua, ia tertawa jahat lalu di hadapannya berdiri seseorang berjas yang mengarahkan pistol ke dahinya. Dan orang yang mengenakan jas itu adalah Hyunwoo, kawan lamanya. Naeun tahu kalau sekarang Hyunwoo sudah menjadi seorang polisi bersama dengan Suzy.

Lalu apa ini? Kenapa ia mencoba untuk membunuh Myungsoo?

 

Di lain pihak Gikwang menyeret Woohyun melintasi pekarangan menuju mobilnya.

“Kau tidak bisa kabur lagi, aku sudah ingat wajahmu.” Ucap Gikwang seraya mencengkram kedua tangan Woohyun yang di borgol.

Woohyun terkehkeh.

 

Malam sebelum semuanya terjadi..

“Kau bisa melakukan sesuatu pada wajahku kan?” Ucap Woohyun pada Sungjong yang duduk di ujung kasur.

“Ada apa?” Tanya Sungjong.

“Besok aku, Myungsoo dan Sungyeol akan melakukan misi.” Woohyun duduk di samping Sungjong lalu memicingkan matanya. “Aku sudah punya perkiraan kalau di antara mereka, akulah yang paling rawan tertangkap. Aku sedikit lebih lambat dari mereka. Maka dari itu, untuk jaga-jaga. Bisakah kau merubah sedikit bentuk wajahku? Terserah kau ingin menempelkan silikon-silikon itu atau apalah.”

Sungjong tertawa cantik lalu beranjak menuju nakasnya. “Kalau begitu aku akan merubahmu menjadi orang ini.” Sungjong menunjukkan sebuah foto hasil polaroid. “Aku sedikit tidak suka dengannya.”

Woohyun tertawa. “Huang Zi Tao?”

 

“Kemari kau!” Gikwang mengeret Woohyun dan memaksanya untuk berlutut di samping mobilnya sementara ia mengambil kunci dan membuka pintu belakang mobil.

Sementara itu di balik dinding pembatas ada seseorang yang beringsut dan terkehkeh diam-diam.

Gikwang membuka pintu belakang, ia menarik bagian belakang kerah jaket Woohyun dan memaksanya berdiri. Woohyun tertawa.

Gikwang menatap gigi-gigi Woohyun yang berwarna merah akibat darah. “Simpan tawamu sampai di pengadilan.”

Woohyun menoleh pada Giwang dan tertawa sekali lagi. “Kau sama sekali tidak mendengar apa-apa?”

Gikwang mengerutkan dahinya lalu menoleh dengan cepat ke arah jok mobilnya. Sesuatu yang asing tergeletak di jok itu, benda hitam berkabel warna-warni itu memiliki cahaya merah yang bekedip-kedip dan angka digital berwarna merah yang menghitung mundur.

“Sialan.” Gumam Gikwang.

Saat Gikwang lengah Woohyun menyibakkan tangannya yang diborgol. Menghantamkan sikunya kepada dagu Gikwang. Gikwang terjungkal cukup jauh, daerah sekitar ginjalnya menghantam batu yang menonjol dari permukaan tanah. Ia segera meringkuk dan meringis.

“Kau tak akan pernah tahu siapa aku dan kau tak akan pernah menangkapku.” Woohyun berjalan mendekatinya lalu meludahi jas Gikwang dengan ludah yang bercampur dengan darah. “Polisi pantas menerimanya.”

Kemudian Sungyeol muncul di belakang Woohyun. Ia mengeluarkan pisau swiss dan melepaskan borgol Woohyun bertepatan dengan bom yang meledak di dalam mobil Gikwang. Angin panas ledakkan menyibakkan rambut hitamnya, asap kemerah-merahan membumbung tinggi ke angkasa. Jika seperti ini mereka harus segera pergi dari tempat ini.

Diangkatnya walkie talkie yang ada di genggamannya. “Aku sudah melenyapkan kendaraan mereka, uangnya sudah ada di tanganku. Kita harus segera pergi dari sini sebelum polisi memanggil kawanannya.” Ucap Sungyeol sembari melihat hasil karyanya. “Dan jangan melupakan gadis itu.”

 

Naeun ingin memekik namun dadanya terlalu sakit untuk itu. Ia hanya bisa melihat Myungsoo dan Hyunwoo saling bergulat di lantai dua. Bunyi debuman langkah kaki mereka membuat rumah kayu itu terasa bergetar. Bunyi pistol terdengar sekali dua kali.

Tidak..

Tidak..

Naeun lagi-lagi menangis. Ia tak peduli lagi apa alasan di balik semua ini. Tapi Myungsoo dan Hyunwoo dulu berteman, mereka dulu berteman dan kenapa sekarang mereka berusaha untuk menyakiti satu sama lain. Hatinya sudah cukup sakit melihat Hyunwoo yang mengarahkan pistolnya ke arah Myungsoo.

Tubuh Hyunwoo didorong ke pagar pembatas lantai dua. Myungsoo ada di belakangnya, berusaha mendorongnya namun kedua tangan Hyunwoo bersikeras bertahan pada pembatas kayu.

Mereka berdua terengah, mereka berdua bersimbah darah.

Hingga akhirnya pembatas kayu itu retak dan patah. Mereka berdua terjungkal dan jatuh ke lantai satu bersama. Bunyi berdebum membuat partikel debu yang berada di lantai kayu mengepul dan menari-nari di sekitar tubuh mereka yang terkapar.

Hyunwoo jatuh dengan posisi tiarap dan Myungsoo berada di atasnya, menjadikan tubuh Hyunwoo sebagai tameng.

“Uhuk…” Myungsoo terbatuk sekali kemudian berusaha bangkit. Ia merobek sebagian dari jas Hyunwoo dan mengikatnya di kaki Hyunwoo dengan simpul yang bentuknya menyerupai lambang Infinite.

Lalu ia bangkit, berjalan tanpa sempoyongan ke arah Naeun. Tangannya yang berdarah merangkul Naeun dan menggendongnya tanpa mempedulikan kalau Naeun merasa kesakitan.

Myungsoo membawanya ke mobilnya yang diparkirkan di belakang. Dengan gesit ia menaruh Naeun di jok belakang .

“Maaf.. Myungsoo. Setelah ini aku akan diapakan?” Tanya Naeun ketika Myungsoo sudah duduk di kursi kemudi dan mulai menyalakan mesin mobil. Lelaki itu tidak menjawabnya hingga mereka keluar dari daerah itu dan mendapati jalanan aspal yang sepi.

“Mendengar dari pertanyaanmu, sepertinya kau sudah tahu siapa aku.” Ucap Myungsoo sambil mendenguskan senyuman sinis.

Naeun hanya terdiam sambil menatap mata tajam yang menusuknya lewat kaca spion tengah.

“Cepat katakan.” Ketus Myungsoo mengintimidasi Naeun.

“Kau… kau…. anggota Infinite.”

Myungsoo menaikkan sebelah bibirnya “Sekarang kau pasti membenciku.” Kemudian ia membuang pandangannya dari Naeun. “Kau kecewa karena aku bukan penyelamatmu tapi justru aku yang menyakitimu.”

Ia mengalihkan tatapannya. Apa-apaan itu? Myungsoo berusaha menutupi matanya yang mulai bergetar, dari sana Naeun tahu kalau Myungsoolah yang membenci dirinya sendiri.

“Aku sudah biasa dibenci oleh semua orang. Aku takkan merasa keberatan jika kau membenciku, toh setelah ini kita tak akan pernah bertemu lagi Son Naeun. Buanglah semua ingatanmu tentangku yang dulu. Aku bukan lagi Kim Myungsoo temanmu. Aku adalah L,” Ia menjeda kalimatnya sejenak. “Menyesalah.”

Tanpa disadarinya tangan Naeun terulur dan memeluknya dari belakang, mengabaikan rasa sakit di seluruh tubuhnya.

“Apa-apaan kau.” Gumam Myungsoo.

“Aku.. Aku tidak peduli dengan semua itu Kim Myungsoo. Kau harus tahu kalau kau tidak menyakitiku, aku tidak kecewa padamu, aku tidak membencimu.. aku mencintaimu, kau dengar itu kan?” Bisik Naeun tepat di samping telinganya.

“Aku tak menyangkal kalau kau memang seorang penjahat.” Lanjutnya. “Aku akan tetap mencintaimu tak peduli berapa orang yang sudah kau habisi. Bagiku kau sama saja seperti Kim Myungsoo yang kukenal dan aku adalah orang yang mencintaimu apa adanya. Biarkan aku tahu semua tentangmu.”

Myungsoo mencengkram stir mobil hingga buku-buku jarinya memutih. Seandainya perempuan yang memeluknya seperti ini adalah Bae Suzy. Seandainya perempuan yang mengucapkan pernyataan sialan itu adalah Bae Suzy.

“Lepaskan aku.” Titah Myungsoo.

Lantas Naeun melepaskan pelukannya dengan enggan.

“Aku tidak akan membunuhmu. Kau akan kembali pada ayahmu.”

“Hahaha.. kau hanya mencintai Suzy.”

Myungsoo memutuskan untuk diam selama satu jam perjalanan kilat mereka. Bersyukur tidak ada yang mengikuti mereka sehingga Myungsoo bisa dengan mulus memberhentikan mobilnya di gerbang belakang kediaman Son yang sangat besar.

Dua penjaga langsung mencegat mobilnya. Tidak seperti terakhir kali Myungsoo ke tempat ini penjaga di sini sekarang sudah dibekali masing-masing satu buah pistol hitam, tidak hanya pentungan.

Myungsoo menurunkan jendela ketika salah satu dari mereka mengetuk kaca jendela. Mata mereka membulat melihat si pengendara bersimbah darah.

“Bisakah aku masuk?” Tanyanya masih dengan nada sopan.”

“Maaf, dari kasus menghilangnya Nona Naeun kami diperintahkan untuk tidak menerima tamu asing lagi.”

Myungsoo terkehkeh lalu menunjuk jok belakang dengan dagunya. “Hari ini aku mengantar nona mudamu  pulang, katakan itu pada Tuan Son.”

“..Sejak kapan kau mengenal ayahku?” Tanya Naeun yang hanya dibalas dengan lirikan sinis dari Myungsoo.

Satu penjaga itu berlari ke posnya, terlihat sedang menghubungi Tuan Son, tak lama kemudian ia kembali lagi untuk membukakan gerbang. Myungsoo kira satpam itu hendak membukakan gerbang untuk Myungsoo, namun ternyata ia justru membukakan gerbang untuk Tuan Son itu sendiri.

Tuan Son keluar dari gerbang dengan penampilannya yang lebih kacau dari terakhir kali Myungsoo melihatnya. Sepertinya Sunggyu yang menekan orang tua ini.

Myungsoo melepas seatbeltnya, keluar dari mobil kemudian tersenyum pada Tuan Son. Tuan Son menatapnya seolah berkata dimana anakku? Kenapa ada darah di wajahmu? Kemudian lelaki tua itu menyuruh penjaganya untuk segera pergi dan membiarkan ia berbincang berdua dengan si penjahat.

“Aku sudah menepati janjiku L. Tapi anak dan kedua pesuruhku belum juga pulang.” Akhirnya ia membuka pembicaraan pada Myungsoo.

Myungsoo membuka pintu belakang dan menarik Naeun keluar. “Anakmu sudah kembali sementara dua orang pesuruhmu tidak bisa pulang karena berurusan dengan polisi.”

Tuan Son berlari ke hadapan Naeun. Ia hanya menatap Naeun dengan wajahnya yang terlihat marah dan tinggal menamparnya saja. Tak ada pelukan, tak ada tangisan dari ayah. Sementara Naeun hanya mengerutkan keningnya, menunduk.

“Apa kalian tertangkap?”

“Untuk sekarang tidak. Tapi berhati-hatilah karena mulai saat ini polisi sudah mengetahui kalau anda mempunyai hubungan dengan Infinite. Mereka mungkin akan mencarimu dalam waktu dekat.”

Sekejap Tuan Son beralih pada Myungsoo dan melupakan anaknya yang baru pulang. “Apa… brengsek.. kalau sampai aku berurusan dengan polisi aku sendiri yang akan membocorkan semua tentang kalian!”

Myungsoo memiringkan wajahnya lalu menyeringai. “Terserah saja. Lagi pula kau tidak benar-benar tahu siapa aku.” Lalu ia berbalik dan masuk ke mobilnya. Sementara ia menancap gas, ia melihat Naeun yang menatapnya.

 

Aku yakin kau takkan membocorkan identitasku pada ayahmu, Son Naeun. Karena kau lebih mencintaiku daripada ayahmu sendiri.

 

Myungsoo menggertakkan giginya saat mobilnya meluncur di jalanan. Entah kenapa ia merasa sangat emosi. Apa karena perkataan Naeun tentang dirinya yang menerima Myungsoo apa adanya? Dirinya marah karena ia sempat berkhayal kalau Suzy akan mengatakan hal yang sama tapi ternyata kenyataan harus menghantamya kembali, bahwa Suzy bukanlah Suzy yang ada di khayalannya.

Lalu Handphonenya berdering.

Ia merogoh dasbornya dan menemukan handphonenya. Nama Suzy terpampang di layar. Suzy menghubunginya?  Jarinya bergerak ingin menerima panggilan itu, namun tiba-tiba ia ingat kejadian malam itu di club.

Suzy yang terluka karenanya.

Myungsoo hanya terdiam berpikir hingga bunyi dering itu akhirnya berhenti. Sekilas Myungsoo berharap Suzy meneleponnya sekali lagi. Namun ternyata tidak.

 

*****

 

Suzy mengenakan jaket tebalnya dan melepas ikatan rambutnya. Ditatapnya wajah yang sudah berwarna lagi di pantulan cermin. Hari ini ia akan check out dari rumah sakit. Ia sempat kecewa ternyata tidak ada satu orangpun yang datang untuk menjemputnya. Baik Gikwang, Hyunwoo ataupun Kim Myungsoo.

Ia menoleh, menatap bunga anyelir yang mulai layu di nakas. “Kau bodoh Kim Myungsoo.” Gumamnya walaupun hatinya mengernyit.

Suzy berjalan seorang diri di terotoar. Pemandangan musim dingin yang penuh dengan putih dan lampu-lampu hias di jendela toko begitu menyenangkan, seharusnya ini jadi musim yang romantis tapi hal seperti itu sulit untuk perempuan yang mengabdi seperti dirinya.

Ia duduk di halte yang kosong pada sore itu lalu menatap handphonenya. Ia menemukan chatroom yang berisi dirinya dan Myungsoo, seperti sudah lama sekali mereka tidak saling menghubungi. Suzy mengklik chatroom itu dan melihat pesan pesan lama antara dirinya dan Myungsoo yang membuat dirinya tersenyum sendiri.

 

Kau masih di kantor?

Pulang

Aku bilang pulang!!

Kau tidak boleh berada di kantor bersama laki-laki. Titik

Aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai kau sakit!!

 

Selagi Suzy tertawa tanpa sengaja ia menekan tombol Call. Ia terkesiap dan segera mematikan handphonenya. Ia terdiam. Kenapa jantungnya berdegup kencang? Padahal biasanya ia tak segan-segan menelepon Myungsoo. Suzy mengigit bibirnya dan berharap kalau Myungsoo akan menelepon balik dan bertanya dengan suara maskulinnya,

“Ada apa?”

Tapi ternyata lelaki itu tidak meneleponnya lagi. Suzy terus menatap layar handphonenya selama perjalanan di Bus. Ia menghembuskan nafas dan melihat ke luar jendela.

Lalu ia turun di depan kantor pusat dan memenuhi panggilan dari Komisaris Joon dan memeriksa berkas-berkas sebelum pergi ke China.

Saat langit berubah gelap ia sudah berada di Bus lagi, sedang menuju ke rumah Myungsoo. Ia ingin merapikan semua barang-barangnya karena besok ia akan berangkat melakukan misi. Dan untuk seterusnya ia akan kembali tinggal di apartemennya sendiri.

Suzy menenteng tasnya dan turun dari bus. Ia berjalan sedikit memasuki komplek dan akhirnya sampai di rumah putih milik tunangannya. Ia sedikit terkejut karena pagarnya sama sekali tidak terkunci, apa selama ini memang tidak pernah dikunci?

Ia menghentikan langkahnya ketika melihat mobil hitam itu lagi, terparkir miring di halaman. Tanpa berpikir lagi Suzy langsung berlari menuju pintu dan ia lupa kalau ia menggunakan heels yang mengakibatkan ia tersandung dan jatuh di tumpukkan salju. Merasa kesal dan tak sabar ingin bertemu si pemilik mobil hitam itu akhirnya ia melepas heelsnya dan membiarkan benda itu tergeletak di atas salju.

Ia membuka pintu sekaligus dan mendapati lampu tengah menyala dan di sana.. di sana ia melihat botol-botol minuman keras yang terbuka di atas meja dan seorang lelaki terbaring miring di sofa. Rambut hitamnya basah, tangannya yang terkulai masih menggenggam gelas.

Suzy menjatuhkan tasnya. “Myungsoo..” Ia memanggil, namun Myungsoo hanya diam.

Suzy melepas sepatunya dengan terburu-buru lalu menghampiri Myungsoo. “Hei.. hei ini aku.” Ia berusaha menggoyang-goyangkan tubuh lelaki itu.

Myungsoo membuka matanya. “Kau Suzy?”

Suzy mengangguk. “Astaga apa yang kau lakukan? Kau terlalu banyak minum dan kau terlihat kacau.” Suzy membantu Myungsoo duduk.

Myungsoo terdiam sejenak menatap tangannya yang memegang gelas wine. “Lalu apa yang bisa kulakukan?” Lalu mata sayu itu menatap Suzy terlalu dekat hingga Suzy dapat mencium bau alkohol yang begitu menyengat.

“Kau begini karena aku?” Suzy mengangkat jemarinya hendak menyentuh wajah Myungsoo namun dengan cepat Myungsoo menangkap jemari kurus itu.

Ia mendenguskan senyum menakutkan. “Kau masih menggunakannya.. cincin ibuku? Kau masih mencintaiku rupanya.” Lalu Myungsoo terkehkeh.

“Kau benar-benar sudah melantur. Hanya karena kita tidak bisa bertemu bukan berati aku berhenti mencintaimu.”

“Haha.” Myungsoo tertawa singkat lalu mendekati wajah Suzy. “Kalau kau benar-benar mencintaiku, berhentilah mengejar Infinite, berhentilah menjadi polisi. Jika kau benar-benar mencintaiku bukankah seharusnya kau hanya memikirkanku seorang?”

Suzy menatap Myungsoo dengan tajam. “Apa karena itu kau ingin menikahiku?”

“Diamlah dan minum saja.” Myungsoo mengangkat gelasnya.

Suzy merebut gelas itu sebelum ujungnya menyentuh bibir Myungsoo kemudian ia melemparnya ke lantai hingga cairan berkilauan itu berceceran di lantai yang putih. “Jawab pertanyaanku. Hei, brengsek.”

Mata tajam itu akhirnya menatap Suzy. Seolah kehilangan kesadarannya Myungsoo menarik rahang Suzy dengan kasar. “Kau tahu Bae Suzy tunanganku? Kau egois. Kau membuatku gila.” Genangan air itu naik di matanya yang penuh emosi.

Suzy mendengus. Tuhan, padahal barusaja ia senang bisa melihat dirinya namun Myungsoo benar-benar sudah keterlaluan. “Kalau begitu urus saja dirimu. Kau memang hanya mencintai dirimu sendiri.” Ia terdiam sejenak. “Kau ingin aku melepas semuanya dan menyerahkan segalanya hanya untukmu? Seharusnya aku tahu aku memang tidak boleh menyerahkan hidupku pada lelaki sepertimu kim Myungsoo.”

“Jika kau menolak.” Myungsoo menarik sebelah bibirnya. “Aku akan merebutnya malam ini.”

“Apa…” Tiba-tiba Myungsoo mendekat dan mencium bibirnya dengan kasar, tenaganya yang besar dan menyakitkan mendorong Suzy dan menindihnya. “Myung..ummhh…” Myungsoo membungkam mulut Suzy dengan ciumannya yang terasa manis sekaligus menakutkan.

Bibir perempuan itu kaku, ia menolak diperlakukan secara paksa. Tangan Suzy meronta namun Myungsoo menahannya dan mempersatukannya di atas. Myungsoo mulai menggigiti bibir Suzy, memaksanya untuk terbuka. Ia menggigitnya terlalu keras hingga terasa manisnya darah dan akhirnya mulut itu berteriak dan Myungsoo dengan mudah memasuki bibir itu.

“Kumohon…” Terdengar suara Suzy yang setengah mendesah itu, airmatanya mulai keluar namun tubuh perempuan itu sama sekali tidak mengalah. Ia tetap meronta dan Myungsoo sedikit kesulitan untuk tidak melepaskan ciumannya.

Ciuman mereka yang berbeda jauh dari pertama kali mereka datang ke sini. Myungsoo mengusap leher Suzy kemudian melepaskan bibir Suzy. Suzy terengah sementara Myungsoo mulai mencium lehernya yang putih dan bersih sementara tangannya yang bebas telah berpindah ke pahanya. Tenaga Suzy mulai Habis dan ia hanya menangis.

 

“Salah jika kau bilang aku tidak mengerti masalahmu Bae Suzy. Justru akulah yang lebih tahu daripadamu. Aku mengenal orang tuamu, aku tahu bagaimana mereka meninggal.”

 

*****

 

Myungsoo berlari dengan anggota Infinite lainnya di sebuah lokasi bekas pengeboman di China. Tubuh mereka semua terselimuti dengan abu warna hitam, mereka bersimbah keringat juga darah.

“Sial! Mereka meledakkan truk kita!” Teriak Dongwoo.

Sunggyu berhenti berlari lalu melihat ke sekitar dengan panik. “Dimana senjata kita?”

“Semua senjata kita ada di truk itu ketua.” Jawab Hoya.

“Cih, cepat panggil kris!”Titah Sunggyu

“Baik!”

“Sekarang kita berlari memutar!”Sunggyu menutup hidungnya dengan lengan jaket hitamnya yangsekarang sudah compang-camping.

Dari kejauhan sana terdengar bunyi sirine dan bunyi mesin kendaraan-kendaraan berat. Mereka terus berlari memasuki sela-sela gedung tua dan terus berlari mencari jalan untuk kabur hingga rasanya tungkai mereka terbakar dan oksigen di dada mereka ditarik keluar.

“Tolooongg!! Tooloong kami!”

Myungsoo menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang hingga menabrak Sungyeol yang berlari di belakangnya. “Apa yang kau lakukan hah?!”

Di dekat pilar gedung ada dua orang yang disandera. Satu perempuan dan satu laki-laki. Tubuh mereka diikat jadi satu dan mereka tampak sangat putus asa.

“Tunggu aku kenal mereka!” Teriak Myungsoo.

“Iya kita semua tahu mereka. Mereka itu polisi yang bertugas untuk menangkap kita”

Mereka orang tua Bae Suzy, mantan kekasih Myungsoo. “Aku harus melepaskan mereka.” Tanpa pikir panjang lagi Myungsoo segera berlari meninggalkan kawanannya.

“YA!” Teriak Sungyeol namun lelaki jangkung itu juga tak bisa mencegahnya. “Aku akan menjemputmu nanti!”

Myungsoo melambaikan tangannya dan segera berlari dengan cepat sebelum seseorang menangkapnya.

“Kau…. kau akan menolong kami atau membunuh kami?” Ucap ayah Suzy.

Tanpa ragu Myungsoo menarik maskernya dan menunjukkannya pada mereka. “Kalian pasti mengingatku.”

“Kim Myungsoo.. apa? Sejak kapan?”

“Aku memutuskan untuk masuk ke organisasi gelap ini setelah lulus dari SMA yang sama seperti putri kalian. Aku tidak akan membunuh orang tua mantan kekasihku jadi kumohon untuk tetap diam.”

Kemudian Myungsoo mengeluarkan pisau lipatnya untuk memotong tali yang mengikat tubuh mereka berdua. Sementara mereka berdua hanya memperhatikan Myungsoo nanar.

“Tuhan memberkatimu.” Ucap ibu suzy dan Myungsoo menyadari kalau wajahnya sangat mirip dengan Suzy. Seketika rasa rindu itu menyeruak di hatinya.

Saat Myungsoo berusaha untuk tidak mengenai pisaunya kepada permukaan kulit mereka tiba-tiba tali yang melingkari tubuh mereka mengencang dan Myungsoo sama sekali tidak menyadari kalau ada seutas tali lainnya yang terhubung dengan tali yang melingkari tubuh mereka.

Seutas tali itu menarik mereka berdua ke atas gedung tua dengan sangat cepat. Myungsoo mendongak, melihat siluet seseorang yang berdiri di atas sana dan sebuah katrol mesin yang menarik orang tua Suzy. Bulu kuduknya meremang.“Sialan, itu Lee Joon!” Geramnya dan tanpa basa-basi lagi ia segera berlari memasuki gedung tua kelabu yang seakan bisa roboh kapan saja.

Myungsoo berlari sekuat tenaga,menaiki tangga lantai demi lantai. Berusaha mengejar orang tua Suzy yang bergerak sangat cepat. Ia sudah kehilangan seseorang yang memiliki wajah persis seperti mereka maka ia tak akan melepaskan yang satu ini.

Ia berteriak, melolong ketika energinya sudah mencapai batas namun ia tak akan menyerah dan terus memaksa tungkainya yang malang untuk tetap memikul beban tubuhnya hingga ke atap sana.

Ia hampir saja menyesali perbuatan semberononya ketika ia akhirnya sampai di atap gedung tua. Segerombolan orang-orang berbadan kekar telah menunggunya, di belakang mereka semua ada Lee Joon yang menyeringai dan kedua orang tua Bae Suzy yang malang.

“Apa-apaan ini? Kau membawa orang bayaran?”

Lee Joon terkehkeh sambil mengocok botol pilox putih di tangannya. “Kau seharusnya berterimakasih karena berkatku kau tidak akan pernah tertangkap oleh kedua orang ini.” Lalu ia menyemprotkan piloxnya pada tubuh orang tua suzy.

“Sudah kuduga kau memang seorang Komisaris palsu.”

Joon membuang piloxnya kemudian berjalan di antara orang-orang bayarannya. “Kau hanyalah seorang bocah, Kim Myungsoo. Bocah yang baru akan memasuki dunia sebenarnya setelah ini,kau akan tahu kalau di dunia ini tidak ada manusia yang berhati suci lebih dari lima puluh persen. Kau pikir jalanmu benar? Kau pikir jalan mereka benar?” Ia menunjuk orang tua Bae Suzy. “Itu adalah kehidupan. Tidak ada yang tahu apakah jalan mereka benar. Kelak kau akan tahu ada berjuta-juta manusia yang sama sepertiku.”

Myungsoo menatap Joon tajam. “Aku percaya itu.”

Myungsoo memasang kuda-kudanya dan terpejam sesaat mengumpulkan secuil tenaga yang tersisa. “Kuberi tahu kau satu hal lagi. Kalau pada kenyataannya aku bukanlah bocah yang belum tahu dunia. Kau mungkin lebih berumur dariku tapi kau tak pernah tahu luka apa yang membuatku menjadi kuat.”

 

Keluargaku..

Kedua sahabatku..

Bae Suzy..

Aku memang tidak diizinkan untuk memiliki kalian semua.

 

Myungsoo membuka matanya. Orang-orang suruhan Joon menyerangnya serempak.

Joon menyaksikannya dengan kedua sudut bibir terangkat dan matanya membulat seperti seperti seorang psikopat yang haus.

Pertarungan antara satu banding dua puluh pun dimulai. Dua puluh orang itu menyerang Myungsoo dari segala arah sementara Myungsoo menghindarinya dengan berputar, menunduk dan melompat. Sesekali ia menyapukan kakinya untuk menumbangkan dua orang sekaligus. Ia melayangkan tinjunya membabi buta. Peluh bercampur dengan darah itu menetes. Setengah dari orang itu telah tumbang. Mereka melangkah terseok-seok dan merayap menjauh.

Myungsoo mengambil dua langkah besar dan melompat menerjang dua orang terakhir yang masih berdiri.

“Tetap pada posisimu!” Teriak Lee Joon saat Myungsoo berhasil mengalahkan semua orang suruhannya.

Myungoo mengangkat wajahnya, menampakkan wajah yang bersimbah darah dan pasir-pasir yang menempel pada darah itu. “Apa maumu Lee Joon?”

“Di mana gudang harta kalian?” Tanyanya setengah berbisik sembari mengarahkan pisau kecil pada kedua orang tua Suzy.

Myungsoo terdiam.

“Jangan beritahu dia!” Teriak Ayah Suzy.

Joon menoleh padanya. “Kau sudah mengkhianatiku sekarang inspektur Bae?”

“Kaulah yang berkhianat. Akhirnya aku tahu siapa kau dan kau patut diberi hukuman yang berat.”

Joon tersenyum sinis. “Coba katakan siapa aku.”

Ayah Suzy menatap Joon tajam.

“Katakan..”

“Aku akan mengatakannya ketika dipengadilan.”

 “Kau tidak akan pernah membawaaku ke pengadilan!” Joon berteriak.

Myungsoo terkesiap ketika Joon mengacungkan pisaunya lebih dekat. “Jangan sakiti mereka!”

“Apa ini? Seorang Kim Myungsoo memohon?” Ia tertawa lalu meraih lengan ibu Bae Suzy. Joon berdecak. “Sayang sekali tapi kau telah menyakitinya Myungsoo.” Ucapnya ketika melihat goresan luka yang tak sengaja Myungsoo buat ketika hendak membebaskan mereka. “Aku akan menyempurnakannya untukmu.” Kemudian ia menggerakkan pisaunya di atas kulit yang tergores.

Ibu Suzy berteriak histeris sementara suaminya bergerak-gerak membabi buta berusaha lepas dari jeratan. Dan Myungsoo hanya terdiam memperhatikannya dengan mata memerah. Ia ingin bergerak sekarang juga namun ia begitu takut mendengar teriakan wanita itu… mengingatkannya akan masa lalunya.

“Kalian berdua harus mati. Dan aku sendiri yang akan menulis tanggalnya.” Ia menggoreskan angka 9 dan 6 yang digabungkan menyerupai bentuk lambang Infinite. “Tanggal 9 bulan 6. Kalian harus mengingat itu.”

Myungsoo mengepalkan tangannya, giginya bergemeletuk. Ia tak pernah merasakan kekuatannya semembara ini, hingga urat-urat di dahinya berdenyut dan rasanya ia harus membunuh sekarang juga!

“Kalian bertiga harus mati!! Tidak boleh ada yang menghalangi…” Ucap Lee Joon terakhir kali sebelum Myungsoo berlari menerjang ke arahnya. Myungsoo membalikkan pisau yang ada di tangan Joon dan menusuk perut Joon sendiri. Myungsoo berteriak saat mendorong pisau itu lebih dalam hingga tubuh Joon terjungkal dan jatuh dari atap gedung.

Myungsoo terengah, detak jantungnya masih menderu, tangannya gemetar. Ini pertama kalinya ia membunuh seseorang. Ia ingin menumpahkan air mata namun orang itu pantas mendapatkannya.

Myungsoo melepas jaket hitamnya yang compang-camping kemudian diraihnya pilox putih yang sempat digunakan Joon. Kemudian digambarnya lambang Infinite di belakang jaketnya. “Seperti apa yang dia katakan. Aku akan terus mengingat hari ini dengan lambang ini mulai sekarang.”Ia memakai jaket itu dan masker hitamnya.

Setelah ia bersumpah pada dirinya sendiri. Ia segera bangkit dan menghampiri orang tua Suzy. “Tak ada waktu lagi untuk menuruni tangga.” Ucapnya singkat. Ia memastikan ikatan di tubuh mereka lalu ia menghantam tuas katrol dan mendorong kedua orang tua Suzy. Berikut dirinya yang ikut berpegangan pada tali dan meluncur langsung ke lantai dasar.

Segera setelah kaki mereka berpijak Myungsoo segera melepaskan ikatan tali mereka dan mendorong mereka untuk segera sembunyi di balik pilar. “Kita harus bersembunyi sambil menunggu jemputan.”

“Apa jemputan?”

“Ya, kalian akan diantar oleh rekanku. Dan setelah ini kuharap kalian takkan pernah lagi bertemu denganku.”

Tiba-tiba ibu Suzy mencengkram pergelangan tangan Myungsoo. “Kau tahu anak kami satu-satunya sebentar lagi akan lulus dari akademi kepolisian?”

“Aku tahu.” Myungsoo dapat melihat mata cokelat gelap itu bergetar. Sama seperti mata Suzy yang dulu.

“Selama ini kami selalu meninggalkannya sendirian..”

“Aku tahu.” Sahut Myungsoo.

Ibu Suzy menelan gumpalan di kerongkongannya lalu menghela nafas.”Aku ingin kau membayarnya untuk kami. Aku ingin kau berada di sisinya, memberinya kasih sayang dan perlindungan yang kami tidak akan pernah sempat memberikannya.” Dan mata cokelat itu kembali menatapnya membuat Myungsoo mengernyit. “Aku ingin kau berhenti melakukan ini dan pergilah pada Suzy.”

Myungsoo mundur selangkah. “Itu tidak mungkin.. maaf. Aku tidak mungkin bisa keluar dari organisasi ini.”

“Kau bisa nak,” Sahut ayah Suzy. “Kami akan menyelidiki hubungan antara Joon dan Ketua Organisasimu. Akan kupastikan kalau kau tidak ikut campur dalam masalah ini.”

“Tidak.. itu tidak mungkin..” Walaupun ini adalah sebuah tawaran emas tapi Myungsoo masih mengingat dosa-dosanya bagaimana ia dan kawanannya mencuri dari orang ke orang, bank ke bank. Ia tak mungkin terbebas begitu saja dari semua ini.

Saat itu bayangan seseorang muncul di belakang Myungsoo. Ditangannya ada sepotong kayu yang siap menghantam kepala Myungsoo.

“Awas!”

Myungsoo melebarkan matanya saat ayah Suzy menarik dirinya, melindunginya..

Bukk….

Sepotong kayu itu menghantam bagian belakang kepala ayah Suzy begitu keras hingga rasanya Myungsoo dapat mendengar tengkorak lelaki paruh baya itu berderak. Namun tangan lelaki itu masih mendekapnya dengan kuat.

Nafas Myungsoo terhenti saat mendapati Joon yang berdiri di hadapannya. Tubuhnya masih utuh, pisau yang ditancapkan Myungsoo masih menancap di sana dan darah segar mengalir dari mulut dan luka tusuknya. Nafasnya terengah-engah dan ia tampak sudah hampir mati.

Joon menjatuhkan sepotong kayu itu dan tersenyum sinis pada Myungsoo.

“Sayang!” Teriak Ibu Suzy pada akhirnya dan sulit dipercaya kalau ayah Suzy masih bertahan setelah hantaman keras itu.

Dan saat itu terdengar bunyi klakson dari arah kiri. Sebuah mobil box melaju penuh kecepatan ke arahnya. Seseorang menjulurkan kepalanya dari jendela dan memberikan isyarat pada Myungsoo untuk segera berlari kepadanya. Myungsoo kira anggota Infinite yang akan menjemputnya namun ternyata itu adalah Tao dari Exo, ia dapat melihat tattoo lambang jam pasir di lengannya.

Myungsoo segera berbalik dan mendorong orang tua Suzy ketika mobil box itu sampai di tepi. Lebih baik mementingkan keselamatan mereka berdua, karena ia tahu mereka takkan bertahan lama apalagi ayah Suzy yang harus segera mendapatkan pertolong pertama pada kepalanya. Dan Myungsoo sama sekali tidak tahu kalau ada satu orang pesuruh Joon yang mengumpat di balik tumpukan Drum, diam-diam memotret dirinya yang sedang mendorong mereka berdua menuju ke mobil box.

“Takkan kubiarkan kalian membocorkan informasi..” Ucap Joon. Ia menarik pisau yang tertancap di perutnya dan melolong. “AAARRGGGHHH!!”

Myungsoo melihat Tao turun dari pintu kemudi dan membukakan pintu box.

Di saat yang sama, saat Myungsoo merasa ia akan berhasil meloloskan diri sebilah pisau melesat dan mengenai jantung ibu Suzy. Adegan serasa berhenti saat pisau itu menancap telak di dada kiri wanita malang itu.Cairan merah mulai merembes melewati seragamnya dan mengotori lencananya.

Tao berteriak padanya yang membeku.

Dan Myungsoo sama sekali tidak tahu apa yang terjadi setelah itu karena sesuatu yang keras menghantam punggungnya.

 

saat terbangun ia sudah berada di kota lain masih di China. Karena perbuatannya yang sangat gegabah ia harus menjalani hukuman dari Kim Sunggyu. Hukuman yang bukan main karena ia harus menerima perlakuan semacam kekerasan fisik agar menimbulkan efek jera –meskipun Myungsoo sama sekali tidak merasakan efeknya hingga saat ini-

Pada malam sebelum Infinite pulang ke Korea. Mereka berkumpul di gudang penyimpanan harta Infinite.

Lokasi yang sangat jauh dari Beijing. Orang China menyebut Lokasi itu Kota Mati. Semacam Lokasi bekas pengeboman dan perang, warga negara ataupun Pemerintahan tidak merenovasi wilayah itu, mereka menjadikannya sebagai monumen yang harus dikenang dari generasi ke generasi. Karena Kris dan Luhan adalah salah satu dari struktur anggota pemerintahan maka dengan piciknya mereka menggunakan monumen berharga itu sebagai tempat persembunyian harta Infinite dan tak menutup kemungkinan kalau suatu saat mereka harus memindahkan seluruh harta itu ke tempat lain.

Sebuah mercy hitam berhenti di lapangan semen depan gudang. Gesekan rodanya membuat pasir mengepul. Kris keluar dari sisi mobil dengan tongkatnya seperti biasa dan tak lupa di sampingnya selalu ada seorang lelaki kurus bernama Luhan.

“Sayang sekali kalian sudah ingin pulang.” Ia tercengir, menampakkan sederetan gigi putihnya yang rapih. “Kalian bahkan belum lihat-lihat negara ini.”

“Sudah cukup, Kris.” Potong Sunggyu. “Aku sudah menyerahkan upahmu pada anak buahmu.”

“Kim Sunggyu, kau adalah temanku yang paling royal dan baik hati. Aku bisa memanggil helikopter untuk mengantarkan kalian jika ingin.”

“Itu terlalu mencolok. Kami akan berpencar dan menyusup ke kendaraan orang lain seperti biasa.”

“Khehe..” Terdengar luhan terkehkeh meremehkan.

“Anak kecil sialan.” Sumpah Sungyeol namun terdengar oleh semuanya.

“Ssshh..” Kris menaruh telunjuknya di bibirnya sendiri. “Lee Sungyeol kau salah paham. Dia bahkan lebih tua darimu, Hoya ataupun Woohyun.”

“Ooh, kau hafal nama kami semua?” Sahut Sungyeol menyebalkan.

“Tentu saja..” Jawabnya sambil melirik Myungsoo yang babak belur. “.. Aku bahkan tahu Kim Myungsoo.”

“Sudah cukup perpisahannya.” Sunggyu mengulurkan tangannya. “Senang bekerja sama denganmu dan anak buahmu.”

Kris menyambutnya dengan senang hati. “Terimakasih telah menjaga harta kami di sana. Aku mengandalkanmu, Kim Sunggyu.”

“Sampai bertemu lagi, Wu Yi Fan.”Mereka mengakhiri acara jabat tangan dan akhirnya anggota Infinite pergi satu persatu mencari jalan untuk pulang ke Korea Selatan secara berpencar.

Sementara itu Myungsoo masih di tempatnya menatap Kris.

“Dua orang itu sudah tewas.” Ucap Kris.

Myungsoo mengerutkan keningnya.

“Si wanita tewas di tempat dengan pisau menancap di dadanya sementara si lelaki kehilangan nyawanya di perjalanan. Tengkorak belakangnya retak dan otaknya mengalami pendarahan.”

“Bagaimana dengan jasadnya?”

Kris menoleh pada Luhan. “Tao yang mengantarnya dan mungkin mereka sudah dibawa ke Korea Selatan saat ini.”

“Cih..” Dada Myungsoo mengernyit mengingat seperti apa Suzy saat ini. Apakah ia akan menangis meraung-raung, memukul membabi buta pada orang yang memberitahunya atau ia hanya terdiam membeku dengan lutut yang bergetar? Semuanya tidak ada yang tidak menyakitkan bagi Myungsoo.

Kris mengangkat tongkatnya dan menaruh ujungnya di dada Myungsoo. Myungsoo sedikit meringis karena di dada itu ada lebam akibat dari hukumannya.

Kris hanya menatapnya. “Karena hingga saat ini kau baru sampai di penghujung prolog maka setelah kau sampai di negri gingseng dan bertemu kawananmu kembali di saat itulah ceritamu dimulai.”

Sementara itu Luhan maju selangkah dan menyerahkan jaket hitam Myungsoo yang kotor. “Aku rasa, sekarang aku tahu harus menyebut kalian apa,” Luhan mengangkat sebelah bibirnya. “Infinite? Itukah lambang yang kau buat?”

Myungsoo menggunakan jaket itu dan tersenyum sinis. “Sebetar lagi kalian akan melihat lambang ini di mana-mana.”

Luhan mendenguskan senyuman. “Aku percaya itu. Sejak pertama kali aku melihatmu aku tahu kau seseorang yang tak terkalahkan. Tatapanmu,langkahmu, caramu mengangguk, pikiranmu semuanya membuktikan itu. Setelah ini kau akan jauh lebih hebat, L. Dan masalah yang lebih hebat pun akan datang.”

Terakhir kali Myungsoo melihat mata Luhan yang berkilat sebelum angin kencang menerpa dan mereka berdua hilang beserta Mercy hitam itu.

Satu bulan setelah itu mereka mulai menggunakan lambang terkutuk itu secara resmi. Satu hal yang mereka yakini, Lee Joon belum mati dan pasti ia bekerja di balik layar. Ia masih terbebas dari hukuman, entah sebenarnya apa kejahatan yang telah dilakukan Lee Joon. Yang ia ketahui sejak awal bergabung dengan organisasi ini, ia sudah diajarkan untuk membenci orang itu.

Kemudian Mereka merampok ,mencuri  dan bersembunyi dengan meninggalkan lambang Infinite dengan tujuan agar Joon mengetahui keberadaan mereka. Agar Joon mengetahui kalau mereka belum hancur dan suatu saat akan datang kembali padanya. Karena lambang itu awalnya dibuat oleh dirinya sendiri dari angka 9 dan 6. Maka lambang ini pun akan berpulang padanya dan menghabisinya.

Sementara itu Suzy..

Keadaan Myungsoo jauh dari yang diharapkan kedua orang tua Suzy. Seandainya mereka hidup mungkin mereka tak akan menanamkan dendam pada hati rapuh putrinya dan mungkin Myungsoo akan terbebas dari semua ini. Ia akan kembali pada Suzy, menikah dengannya dan bahagia dengannya.

Namun pada kenyataannya mereka hilang.. menjadi daging busuk di tanah. Bae Suzy mendendam, Kim Myungsoo tak bisa lepas dari jeratan hukum, Joon masih berkeliaran karena hilangnya kesaksian atas perbuatan jahatnya. Bae Suzy mengambil alih tugas kedua orangtuanya untuk membunuh Infinite dan Kim Myungsoo harus tetap melindunginya dari serangan Infinite sendiri atau yang lainnya. Melindunginya dengan menyimpan seluruh kebenaran.

Kemudian semua itu mengarah pada satu kesimpulan.. ia harus melindungi malaikat mautnya.

 

*****

 

Suzy mendorong Myungsoo hingga ia terlepas lalu menamparnya sekuat tenaga hingga wajah lelaki itu terlempar ke kiri

Sekejap suasana berubah menjadi hening.

“Aku benci kamu..”

Kata-kata itu meluncur dari mulut Suzy yang terluka. Wajahnya memerah, airmata mengalir dari sebelah matanya tanpa isakkan menandakan kalau ia berkata jujur.

Rasa perih itu mulai merambat perlahan di pipinya dan hatinya. “Aku mencintaimu.”

Suzy merasakan nafasnya tercekat, matanya telah berenang-renang di airmatanya. “Apa yang baru saja kau katakan?”

Perlahan Myungsoo menoleh padanya, menunjukkan matanya yang memerah. Mata tajam yang biasanya menatap Suzy dengan penuh kagum, penuh kehangatan dan penuh cinta kini semuanya telah hilang dan tergantikan dengan matanya yang kacau, hancur.

“Aku mencintaimu Suzy.”

Cukup..

Suzy segera merapikan baju dan jaketnya, ia segera berdiri dan mengambil langkah untuk meninggalkan lelaki brengsek ini.

“Jaga dirimu baik-baik Kim Myungsoo.”

Setidaknya hanya itu yang bisa ia katakan untuk terakhir kalinya. Kepada lelaki yang dicintainya. Kata-kata itu menyiratkan kalau setelah ini tak akan ada lagi Bae Suzy yang disebut-sebut calon pengantinnya.

“Tunggu, jangan pergi!” Pengaruh alkohol membuat Myungsoo harus berusaha lebih keras untuk menopang tubuhnya dan berdiri. Dengan langkah Myungsoo yang sempoyongan ia berusaha menyusul Suzy yang hampir sampai ke pintu.

“Tunggu! Tolong dengarkan aku.” Akhirnya kedua tangan kekar Myungsoo berhasil meraih kedua belah pundak Suzy. Kepalanya sangat sakit, hal itu yang membuatnya harus mengernyit dan menahan kata-katanya. “Sungguh… Suzy.. aku benar-benar tak ingin kehilangan dirimu. Aku sungguh mencintaimu.”

Suzy menggigit bibirnya, airmatanya menetes. “Mencintaiku katamu? Kau bilang ini cinta? Simpan itu, kau membuat semuanya serba sulit!”

Kemudian Suzy merasakan dahi lelaki itu berada di tengkuknya dan ia mendengar isakkan tipis lelaki itu. Myungsoo menangis dan Suzy tak bisa melihat airmata itu, ia hanya bisa merasakan tetesan itu mulai membasahi punggungnya.

“Lalu aku harus bagaimana?” Ia terisak. “Membiarkanmu dalam bahaya? Membiarkan diriku khawatir setengah mati?”

Suzy berbalik, mendorong sedikit dada Myungsoo agar menjauh. Suzy mengepalkan tangannya dan berusaha sekuat tenaga untuk menstabilkan suaranya. “Mari berhenti saling mencintai..” Sekarang jantungnya adalah sebuah granat yang dicabut pinnya. “Dengan begitu kau tidak perlu mengkhawatirkanku.”

Myungsoo melangkah mundur. “Suzy, katakan kalau kau juga dalam pengaruh alkohol.”

Dan granat itupun meledak.

“Kita.. kita tidak bisa berakhir seperti ini.”  Nafas lelaki itu memburu ia memengang kepalanya seakan hal itupun akan ikut meledak seperti hatinya.

Suzy mendekatinya. Ia menangkup pipinya dan menciumnya sekilas. “Waktu kita sudah habis, hubungan kita tidak akan berhasil walaupun kau memaksakannya. Seharusnya aku tahu ini sejak awal.”

Mereka bertatapan dalam jarak dua sentimeter.

“Tapi aku tidak akan berhenti mencintaimu, Bae Suzy. Aku tidak peduli apapun yang kau katakan, selama nyawaku masih ada aku tak akan pergi kemana-mana.”

Suzy tak bisa lagi menahan tangisannya. Ia segera berbalik dan berlari keluar, meninggalkan Myungsoo yang mematung di ambang pintu. Suzy berusaha untuk tidak menoleh dan melihat lelaki itu, ia terus berlari meninggalkan tasnya di sana dan mengabaikan kakinya yang telanjang merasakan dinginnya salju yang berserakkan.

Lelaki itu tak lagi mengejarnya.

Ia merapatkan jaketnya dan terus berlari sambil menangis di jalan kecil. Ia menginjak sesuatu yang tajam dan jatuh terjembab ke jalanan yang ditutupi salju malam. Ia meringis ketika merasakan kakinya terluka.

Lelaki itu tak lagi membantunya berdiri.

Ia meremas tumpukan salju itu dan melihat airmatanya yang menetes terus-menerus ke sana. Tentu saja. Tentu saja lelaki itu tak akan mengejar dan membantunya berdiri. Mulai sekarang tak akan ada lagi tangan hangat yang terulur hanya untuknya. Karena semua itu sudah berakhir di belakangnya.

Dengan lutut yang bergetar Suzy berusaha berdiri dan kembali berjalan, mengabaikan luka di telapak kakinya.

Sementara itu di belakangnya, tanpa sepengetahuan Suzy ada Myungsoo yang berdiri dan melihatnya. Ia menggenggam sebuah syal untuk Suzy, namun ia tak bisa memberikannya. Sebenarnya ia mengejarnya, namun ia menunggu Suzy untuk menoleh dan saat itu Myungsoo akan memberikan Syalnya untuk Suzy agar Suzy tak lupa kalau ia tak akan pernah berhenti melindunginya. Namun pada nyatanya perempuan itu sama sekali tidak menoleh.

Salju turun pada malam itu, lagu-lagu natal terdengar dari kejauhan, lampu-lampu rumah sekitar menyala dan menampakkan siluet di jendela. Siluet sebuah keluarga yang sedang bersenang-senang di ruangan yang hangat.

Dengan hati yang hancur Myungsoo berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan. Membawa kembali syal hitam itu.

 

 

To Be Continued……

 

50 thoughts on “The Unbeatable Phantom (ACT 12 “The Lonely Black Scarf”)

  1. Finally…. U comeback… Speechless… Slalu stia mnggu updatenya…

    Slalu emotional klo bca… Sedihnyabjgn lma2 donk thor bri sdkit kbhgian haha… Complicated…. Next d tunggu thor… Jjjangg 😁

    Like

  2. welcomback
     ┏┓┏┓
     ┃┃┃┃
    ┏┻┻┻┻┓
    ┃ >┳<┃
    ┃*┗┻┛ ᵗʱᵃᵑᵏчоυ⇝💖
    ┗━ ━ ━ ┛updatetanya

    Like

      1. menyesakan baca ini part ゚(゚´Д`゚)゚。━━ Waaaah
        myungsoo ngerti donk ama posisi suzy
        secepatnya yah updatetanya.. itung2 THR

        Like

  3. Aaaaaaaaaaa frustasiiiiiiii… Nyeseeeeeek bgt, hiks2… Aq sampai ga tau mau komen apa, pleaseeeeee biarkn myung n suzy bahagia… Btw, aq seneng akhirnyaa balik lgiii, sth galau menunggu tanpa update…fighting, sukses ya…

    Like

  4. Jadi sebenar’y bukan myung yang membunuh kedua orangtua suzy melainkan pesuruh lee joon . Tapi karna gak ada saksi jadi lee joon terbebas gitu aja dan melimpahkan kesalahan’y ke infinite. Heol ku gak nyangka. Jadi sebenar’y suzy juga sudah diperdaya sama lee joon biar nangkep infinite dengan alibi infinite lah yang membunuh kedua orang tua’y. Lanjutkan thor

    Like

  5. Akhirnya diupdate. . .
    Jujur, awalnya rada lupa sama ceritanya. Tapi baru setengah baca udah inget lagi xD
    Ugh!!! Ini menyesakkan. . Bikin mewek. . .
    Hubungan myungzy jadi gini, huhuhu
    Sama2 tersakiti T.T
    semangat ya untuk next partnya ^^

    Like

  6. oh no no nooo. mereka berpisah. bagaimana ini. suzy akan tetap menangkap infinite. dan lee joon komisaris polisi palsu padahal dalang utama dari semua masalah ini adalah dia, pelaku dibalik tewasnya ayah ibu suzy jd adalah dia. dasar licik. sebeel, asemm. kapan dia ketangkep ya, rasanya pengen lempar batu gunung se truk ke arahnya biar nyoho. ah kesel ah.

    Like

  7. Astaga sebegitu beratkah masalah soo oppa smpe2 semua msalah hrus ia yg tanggung. Hiks hiks uri oppa sngt mnderita. Hrus mlhat ortu mntan pcarnya meninggal. Lee joon tua bangka berengsek sekki iisssss. Smga cpt kbongkar kedoknya. Sunggyu sbnrnya baik atau jhat sih? Bingung
    Aduh part ini sedih bgt soo oppa hrua mnanggung beban sendiri. Mnyimpan semua kbnaran dan rela dibenci dan ditinggal kan sma suzy
    Oppa yang kuat
    Himnae oppa fighting
    Welcome back chingu. Udh lma nunggu akhirnya update lgi. Kirain ini ff bkalan nggak dilnjutin lagi pdhal ini ff yg pling aku suka diantra semua ff soo oppa yg aku bca. Kompleks dan mengurai air mata
    Next chingu

    Like

  8. alhamdulillah akhirnya update juga, aku udh mbaca ff ini lumayan lama, dan akhirnya author comeback 🙂 .
    makin seru ceritanya, sedih bacanya krna mereka akan berpisah tp selanjutnya mereka ktemu lagi kn thor krna sama” ke china?
    semoga happy ending ditunggu lanjutannya thor fighting
    anyeong thor aku readers baru,
    izin baca ne.. , btw maaf ya klo aku bru comment skrg

    Like

    1. Salam kenal jihan-san. Terimakasih udah temenin author dari lama and here you go, i come again bring you the next chapter the unbeatable phantom act 13. Happy reading ^^

      Like

  9. pertama aku seneng banget autor balik lagi,..
    walaupun ceritanya nyesek..jadi baper gitu bacanya
    myungsoo oppa yang kuat ne..
    semoga aja kebenaran cepet terungkap..

    Like

  10. Ternyata bgtu ceritanya mereka sampai memakai lambang infinite, itu adalh tanggal meninggalnya orng tua suzy…dan lee joon si penghianat itulh yg menciptkan lambng itu.
    Suzy dan myungsoo hrus berpisah ;(;(
    next updatenya jangan lama2 dong athor syng….. Di tunggu oke

    Like

  11. Aduhhhh…part ini sedih banget….
    Jd tau sekeg myung ga salah…ternyata lee joon…tp myungzy putusssss…ahhhhhhhhhh

    Like

  12. Nyesek bacanya.. klw ajh suzy tau crita yg sebenarnya, mungkin ini ga bkln terjadi. Dan aku makin kasihan ke myung.. disini brasa dia yg palung banyak bebannya. Ok fighting myung kau pasti bisa melewati ini semua.

    Like

  13. Welcome back uri author 😘
    Jadi, di part ini semua yg ada dalam pikiran suzy dan polisi2 lain kalo infinite yg bunuh suzy itu salah..bahkan myungsoo yg mau nyelametin ortunya suzy, dan justru dalang kematian orangtuanya suzy itu lee joon, dan suzy dalam bahaya kalo gitu..memusuhi org yg salah….skrg gimana hubungan suzy sama myungsoo udh selesai, suzy bahkan ga tau cerita yg sebenernya atas kematian ortunya dia gimana😭😭😭😭😭
    Cuma bisa berharap suzy sama myungsoo bersatu….
    Huweee adegan yg terakhir pas jalan di salju pas natal itu lho nyesek bgt sambil bawa scarf :(((

    Next author .. Ditunggu kelanjutannya 🙂

    Like

  14. Akhirnyaaa sekian lamaaa thor dirimu kembali jugaaa :***

    Lanjutan nya jangan lama” dong thor, keburu lebaran nih wkwk semangat utk tulisan selanjutnya ya moah :*

    Like

  15. long time no see^^
    huaaaaaa knapa hbungan mreka bisa jd kya gitu? apa mreka bnr” brakhir? andweeee
    part ini bnr” bkin nyesek 😥
    jd yg sbnrnya ngbunuh ortu suzy itu bukan infinite tp lee joon bukanya dy polisi knapa dy malah ngbunuh sesama polisi?
    NEXT PART 😀

    Like

  16. Itu bukan salah infinite itu lee joon.. 😭😭😭
    Apa benar mereka putus, andwe!!
    Kasihan myung, harus menanggung salah yg tidak ia perbuat. Hikss..

    Like

  17. akhirnya comeback.. aku selalu menanti cerita ini!
    itu kenapa terakhirnya jadi sedih? kenapa putus?
    tapi aku percaya dibalik kesedihan pasti ada kebahagiaan. #eakk
    ditunggu kelanjutannya yya!
    SEMANGAT!!

    Note: kalau bisa jgn lama2 yaa updatenya^<^

    Like

  18. Akhirnya ada jg lnjtnya, hehe padahal ini uda sebulan authornya update, aku yg telat cek..

    Daebak feelnya dapet, myungzy hrs kuat yah ini cuma cobaan yg diberikan (authornya yg ngasih ^_^)..

    Hehe maaf sblmya

    Like

  19. Hiks,,,,hubungan myungzy sudah hancur sekarang,eotokhe aku gak rela jika hub myungzy harus berakhir.gimana kalo nanti si naeun makin gencar deketin myungsoo dan myungsoo akhirnya lama kelamaan akan tergoda karena si naeun yg mampu menerima myungsoo yg seorang pnjahat,maldo andwae aku benar” gak rela kalo sampe itu trjadi

    Like

  20. Heol! Lee joon udah mencurigakan sejak awal, dia tau ttg infinite tapi ga ada tanda2 dia buat nangkap infinite dg tangannya sendiri eh ternyata lee joon komisaris palsu..

    Dan myungsoo bukan orang yang ngebunuh orang tua suzy, cuma dia gabisa nyelametin orang tua suzy dari serangan Leejoon..😔

    Like

Leave a comment